16 Desember 2008

Bagaimana Cara Kerja Viagra

Viagra adalah sebuah fenomena. Sejak ditemukan dan dipasarkan satu dekade lalu, jutaan dosis telah terjual di hampir semua negara di dunia. Obat ini juga diklaim sebagai obat pertama yang berhasil mengatasi disfungsi ereksi atau impotensi pada pria.

Walaupun Viagra berkaitan dengan 'kejantanan', obat ini bukanlah obat perangsang. Artinya, Viagra tidak dapat membangkitkan hasrat seksual seseorang yang sedang tidak atau kurang bergairah. Obat ini hanya bekerja jika memang sudah ada rangsangan seksual.

Menarik untuk memahami cara kerja Viagra. Selain untuk pengetahuan, bagi pengguna, dapat menjelaskan apa yang terjadi di dalam tubuh mereka.

Cara kerja Viagra berkaitan erat dengan proses timbulnya ereksi. Saat seorang pria terstimulasi atau terangsang, otak akan mengirimkan sinyal ke organ seksualnya. Kemudian, organ seksual akan menghasilkan hormon yang disebut Cyclic GMP. Hormon ini berfungsi melebarkan pembuluh darah yang menjadi saluran masuknya darah ke organ seks. Akibat melebarnya pembuluh darah, maka organ seks akan terisi banyak darah sehingga membesar, tegang, dan mengeras. Keadaan ini disebut ereksi. Selama Cyclic GMP diproduksi dalam kadar yang cukup, maka ereksi akan dipertahankan.

Tetapi, tubuh mempunyai mekanisme lain yang menjadi penyeimbang efek cylic GMP. Jika tidak, maka seorang pria akan mengalami ereksi terus menerus. Penyeimbang tersebut adalah senyawa PhosphoDiEsterase 5 (PDE5), yaitu senyawa yang mampu menghancurkan Cyclic GMP. Dengan rusaknya Cyclic GMP, maka pembuluh darah akan mengecil kembali, sehingga organ seks akan berhenti mengalami ereksi.

Viagra (sildenafil sitrat) bekerja sebagai penghambat (inhibitor) senyawa PDE5. Logikanya sederhana, jika PDE5 dihambat, maka Cyclic GMP tidak akan dirusak, akibatnya pembuluh darah organ seks terus melebar. Efek ini tetap berlangsung sampai kadar sildenafil sitrat dalam darah menurun.

Walaupun kerja Viagra tampaknya sempurna, bukan berarti obat ini cocok untuk semua orang atau semua kasus disfungsi ereksi atau impotensi. Oleh karena itu, silakan berkonsultasi dengan dokter anda jika akan menggunakan obat ini.

Bacaan :

  1. Suite101: Understanding How Viagra works.
  2. HowStuffWorks: Treating ED With Viagra.

02 Desember 2008

HIV/AIDS: Waspada!

Penyakit AIDS memang menghebohkan. Selain karena obat yang bisa membuat penderitanya sembuh total belum ditemukan, laju penularannya sangat cepat.

Dulu mungkin kita masih berpikir bahwa AIDS itu hanya terjadi di 'luar' sana, hanya pada bule-bule itu. Itulah sebabnya, setiap ada satu atau dua kasus AIDS yang ditemukan, semua pada heboh. Koran, TV, selebritis, anggota DPR, depkes, dll, ramai memperbincangkannya.

Namun hari ini, Indonesia sudah punya 21.151 orang terinfeksi HIV dan 15.136 orang diantaranya sudah memasuki fase AIDS (Kominfo). Tapi jangan salah, angka tersebut masih lebih kecil dari angka sebenarnya. Kenapa? Karena banyak kasus yang tidak terdeteksi akibat perjalanan penyakit infeksi HIV yang sangat lambat. Jadi ibaratnya, angka di atas hanyalah puncak dari sebuah gunung es di lautan lepas (iceberg phenomenon).

Lantas kita bertanya, mengapa pertambahan jumlah penderita HIV begitu cepat? Tidak adakah langkah untuk menanggulanginya?

Infeksi HIV terjadi setidaknya melalui 3 hal. Pertama, hubungan seksual. Kedua, penggunaan jarum suntik secara bersama-sama. Ketiga, dari ibu ke anak yang dikandungnya. Dua yang pertama memegang peran penting dalam penyebaran HIV, dan keduanya berkaitan dengan perilaku.

Jadi, jawaban mengapa kasus HIV hari ini tinggi adalah karena ada yang salah dalam perilaku kita. Perilaku dalam memilih pasangan seksual dan perilaku menggunakan narkoba. Tengok saja, bergonta-ganti pasangan seksual, hubungan seksual usia dini, hubungan seksual pranikah, tidak lagi merupakan hal yang tabu. Tapi sudah menjadi kebiasaan yang dianggap biasa oleh sebagian khalayak.

Begitu pula dengan narkoba. Banyak remaja kita tertarik mencobanya. Padahal, sekali terjebak di dalamnya, sangat sulit untuk keluar. Celakanya, pengguna narkoba biasanya suka berganti-ganti jenis narkoba, ibaratnya, ingin merasakan semuanya, termasuk narkoba yang digunakan dengan cara menyuntikkannya ke pembuluh darah.

Mengubah perilaku merupakan perkara sulit. Butuh usaha keras dan waktu yang lama. Itulah sebabnya, kampanye penanggulangan HIV/AIDS yang dewasa ini sudah sampai tingkat RT/RW dan pelosok-pelosok kampung hanya dapat menahan laju penularan, tapi tidak menghentikannya.

Selain itu, mengharapkan kesadaran semua orang untuk tidak menjadi mata rantai penularan HIV juga sangat sulit. Pasalnya, sebagian HIV ditularkan pada saat seseorang tidak sadar.

Jadi, mesti bagaimana?