21 November 2007

Triase : Memilah Korban Bencana

Jika kita ditanya, apa yang akan kita lakukan jika kita berada di daerah bencana yang terdapat banyak korban? Sudah tentu jawabannya adalah segera memberikan pertolongan. Masalahnya terdapat begitu banyak korban dengan berbagai macam kondisi, mana yang perlu ditolong lebih dahulu?

Saat menemui banyak korban dengan jumlah penolong dan fasilitas yang terbatas, tindakan pertama yang perlu dilakukan agar usaha pertolongan berjalan efektif dan maksimal adalah memilah dan mengelompokkan korban berdasarkan beratnya cedera dan kemungkinannya untuk tertolong.

Sebenarnya, sistem pemilahan korban di lapangan telah dilakukan sejak tahun 1800an. Baron Dominique Jean Larrey ahli bedah Perancis yang menjadi bagian pasukan Napoleon (Bauty,2007) membuat sistem penilaian dan pengelompokan secara cepat korban yang terluka di medan pertempuran, baru kemudian mengevakuasi mereka.

Sistem penilaian dan pengelompokan tersebut dinamakan trier (Perancis, memilah). Dari sinilah istilah triage (Inggris), dan triase (Indonesia) diturunkan.

Saat ini triase sudah mengalami banyak perkembangan. Berbagai jenis sistim triase dibuat. Di Inggris dikenal Smart Incident Command System sedangkan di Amerika Serikat dikenal START (Simple Triage and Rapid Treatment) (Wikipedia,2007).

Sistem START dikembangkan pada tahun 1983 oleh Hoag Hospital dan the Newport Beach Fire Department, California. Sistem ini sangat sederhana, sehingga seseorang dapat melakukannya dengan sedikit latihan. Selain itu, dengan sistem START, penilaian terhadap setiap korban dapat dilakukan dalam waktu singkat (kurang dari satu menit) (CITMT,2001)

Dalam sistem START, korban dibagi menjadi empat kelompok, yaitu Deceased, Immediate, Delayed, dan Minor.

Deceased (Hitam), korban ditinggalkan dilokasi mereka berada, ditutupi jika memungkinkan.

Immediate (Merah), merupakan prioritas pertama untuk dievakuasi karena membutuhkan pertolongan segera dalam satu jam pertama. Korban dalam kelompok ini berada dalam kondisi kritis dan akan meninggal jika tidak segera ditolong.

Delayed (Kuning), merupakan prioritas kedua. Evakuasi untuk korban kelompok ini dapat ditunda hingga seluruh korban kelompok Immediate telah dievakuasi.

Minor (Hijau), merupakan prioritas ketiga. Kelompok ini dievakuasi setelah seluruh korban Immediate dan Delayed selesai dievakuasi. Perawatan medis bagi korban Minor memungkinkan ditunda hingga beberapa jam. Korban biasanya dapat berjalan sendiri dan hanya memerlukan perawatan berupa pemasangan perban atau pemberian antiseptik.

Perlu diingat, status triase korban dapat berubah setelah beberapa saat. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan triase ulang (re-triase).

Flowchart penilaian korban dalam sistem START dapat dilihat di sini.

Demikian, semoga bermanfaat.

Referensi :

  1. Bauty LH (2007) : TRIASE: A Life-Saving System. Dikutip 20 Nop 2007.
  2. Wikipedia (2007) : Triage. Dikutip 20 Nop 2007.
  3. CITMT (2001) : START. Dikutip 20 Nop 2007.

 

18 November 2007

Rumus untuk Menghitung Berat Badan Ideal

Ternyata, rumus untuk menghitung berat badan ideal telah ada sejak lebih dari seabad lalu. Rumus berat badan ideal yang pertama dibuat oleh seorang ahli bedah Perancis bernama Dr. P.P. Broca pada tahun 1897 (Halls, 2005).

Seiring dengan berjalannya waktu, Rumus Broca telah mengalami berbagai modifikasi. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari tiga kutipan berikut.

Rumus Broca seperti yang dikutip dari tulisan Steven B. Halls (2005) adalah :

Wanita : Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 15%
Pria: Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 10%

Sedangkan Rumus Broca yang dikutip dari publikasi di Website Depkes RI adalah :

Bobot badan ideal (kg) = 90% x {tinggi badan (cm) - 100} x 1 kg
Khusus untuk pria dengan tinggi badan kurang dari 160 cm dan wanita kurang dari 150 cm, digunakan rumus : Bobot badan ideal (kg) = {tinggi badan (cm) - 100} x 1 kg
Interpretasi : seseorang dikatakan underweight bila bobot badannya kurang dari 90% bobot badan ideal.

Lain lagi yang dipublikasikan di Pikiran Rakyat (2004) :

(Tinggi Badan - 100) - 10% (Tinggi Badan - 100) , untuk usia <= 30 th
Tinggi Badan - 100, untuk usia > 30 th

Tetapi banyak orang menggunakan rumus yang sangat disederhanakan, yaitu :

Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan - 100) - 10% (Tinggi Badan - 100)

Kemudian tahun 1974 Dr. BJ Devine mempublikasikan sebuah rumus baru untuk menghitung berat badan ideal. Rumus tersebut adalah (Halls, 2005) :

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 50 + 2.3 kg per inch over 5 feet
Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 45.5 + 2.3 kg per inch over 5 feet

Rumus Devine ini sebenarnya dibuat untuk digunakan dalam dunia medis, yaitu menghitung dosis obat-obat tertentu seperti digoksin, teofilin, atau gentamisin. Tetapi kemudian penggunaannya semakin meluas. Sebagian besar rumus-rumus penghitung berat badan ideal yang dipajang di situs-situs internet menggunakan rumus ini.

Pada tahun 1983, Dr. JD Robinson mempublikasikan rumus penghitung berat badan ideal yang dimodifikasi dari rumus Devine (Halls, 2005).

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 52 kg + 1.9 kg for each inch over 5 feet
Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 49 kg + 1.7 kg for each inch over 5 feet

Modifikasi rumus Devine juga dilakukan oleh Dr. DR Miller. Rumus tersebut adalah (Halls, 2005) :

Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 56.2 kg + 1.41 kg for each inch over 5 feet
Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 53.1 kg + 1.36 kg for each inch over 5 feet

Baik Rumus Devine, Robinson, maupun Miller tampaknya hanya tersedia dalam satuan inci dan feet (kaki). Sedangkan satuan dalam cm tidak penulis temukan saat tulisan ini dibuat.

Rumus lain yang banyak digunakan untuk mengetahui status berat badan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT atau BMI, body mass index). Rumus ini lazim digunakan di bidang kesehatan termasuk oleh WHO (World Health Organization).

Pada rumus IMT, status berat badan dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Rumusnya adalah :

IMT = BB / (TBxTB)

Jika nilai IMT sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut  :

Nilai IMT < 18,5 = Berat badan kurang
Nilai IMT 18,5 - 22,9 = Normal
Nilai IMT 23-24,9 =  Normal Tinggi
Nilai IMT 25,0 - 29,9 = Gemuk
Nilai IMT >= 30,0 =  Gemuk Banget
Sumber : Adaptasi dari Kriteria WHO

Contoh penggunaan rumus IMT : Misal, A mempunyai berat badan 60 kg dengan tinggi badan 1,69 m, maka IMTnya adalah 60 / (1,69x1,69) = 21,01. Dengan nilai IMT 21,01,  berat badan A termasuk dalam kategori normal.

Demikian, semoga membantu.

Referensi :

  1. Halls SB (2005) : About arithmetic formulas for calculating ideal body weight. Dikutip 18 Nop 2005.

 

16 November 2007

Demam Berdarah : Cegah atau Obati?

Sampai saat ini, pengobatan khusus untuk membasmi virus demam berdarah yang terlanjur menginfeksi tubuh belum ditemukan. Pengobatan hanya ditujukan untuk mengatasi efek yang ditimbulkan oleh virus, seperti demam, kebocoran pembuluh darah, turunnya tekanan darah, dan lain-lain. Virus sendiri diharapkan akan diatasi imunitas tubuh kita.

Efek yang ditimbulkan oleh virus seringkali berada dalam tingkat yang membahayakan jiwa penderitanya. Kebocoran pembuluh darah menyebabkan pendarahan hebat, yang kerapkali harus diatasi dengan pemberian cairan infus dan transfusi darah. Jika tindakan ini gagal, oleh karena keterlambatan pengobatan atau karena keadaanya memang sangat parah, penyakit ini dapat berujung pada kematian.

Oleh karena itu, tindakan pencegahan agar tidak terinfeksi virus DBD sangat penting.

Salah satu langkahnya adalah pemberantasan penular virus DBD, yaitu nyamuk Aedes, baik Aedes aegypti maupun Aedes albopictus.

Metode pemberantasan yang banyak dikampanyekan adalah 3M Plus, menguras, menutup, dan mengubur. Plusnya banyak, antara lain : melakukan penyemprotan (fogging), menabur abate di tempat yang menampung air (abatisasi), memelihara ikan pemakan jentik, dll (Litbang Depkes, 2004).

Waktu yang dibutuhkan untuk berkembangnya telur menjadi nyamuk dewasa adalah sekitar 10 hari. Oleh karena itu, menguras bak mandi harus dilakukan kurang dari 10 hari, dianjurkan tiap seminggu sekali. Dengan demikian, jentik tak akan sempat berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Nyamuk betina dewasa yang sudah mengisap darah siap untuk bertelur. Nyamuk ini biasanya akan segera mencari tempat bertelur yang ideal, yaitu air yang jernih. Dengan menutup tempat penampungan air dan mengubur benda-benda yang dapat menampung air hujan, membuat nyamuk betina kehilangan tempat untuk menyimpan telurnya.

Jika tempat yang menampung air sukar untuk ditutup, penaburan bubuk abate perlu dipertimbangkan. Abate yang sudah ditaburkan akan segera menempel di dinding tempat penampungan air. Jika jentik menyentuhnya, jentik tersebut akan mati. Keamanan penggunaan abate telah diakui oleh WHO dan Depkes.

Jika di suatu daerah ada individu yang terinfeksi DBD, biasanya langsung dilakukan penyemprotan terhadap lingkungan sekitarnya, dibarengi pencarian jentik nyamuk. Penyemprotan berguna untuk membunuh nyamuk dewasa, tapi tidak mampu memberantas telur dan jentiknya. Selain itu, saat ini diperkirakan nyamuk Aedes sudah kebal terhadap insektisida yang disemprotkan ke sarang-sarang mereka.

Pakaian lengan panjang dan penggunaan antinyamuk oles (repellant) juga dapat dilakukan, terutama bagi mereka yang memasuki daerah yang diperkirakan banyak nyamuk Aedesnya.

Ternyata, banyak tindakan pencegahan yang dapat dilakukan. Tetapi, apapun cara pencegahannya, tujuannya adalah memberantas nyamuknya atau menghindar dari gigitannya. Jadi, apakah anda punya cara lain?

Referensi :

  1. Litbang Depkes (2004) : Demam Berdarah Dengue. Dikutip 16 Nop 2007.

 

14 November 2007

Katarak : Bila Lensa Mata Tak Lagi Jernih

Katarak adalah gangguan ketajaman penglihatan yang sering terjadi pada usia lanjut. Penderitanya kerapkali mengeluh pandangan mereka seolah-olah terhalang kabut atau asap, sehingga mereka kesulitan melihat dengan jelas. Jika kita perhatikan bagian hitam bola mata mereka, biasanya di dalam sana terlihat benda berwarna keputihan atau kekuningan. Benda tersebut adalah lensa mata yang telah mengeruh.

Banyak hal yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Tetapi, yang paling sering adalah karena degenerasi lensa akibat bertambahnya usia. Degenerasi tersebut terjadi melalui dua mekanisme, yaitu (National Eye Institute,2007) :

  1. Penggumpalan protein lensa. Bahan pembentuk lensa sebagian besar adalah protein dan air. Jika protein tersebut mengalami penggumpalan, maka cahaya akan terhalang untuk sampai ke retina (sensor cahaya). Semakin banyak penggumpalan protein yang terjadi, semakin keruh lensa, hasilnya penglihatan semakin kabur.
  2. Perubahan warna lensa. Seiring dengan pertambahan umur, warna lensa akan berubah, menjadi kekuningan atau kecoklatan. Perubahan ini awalnya ringan, sehingga tidak mengganggu penglihatan. Semakin lama, perubahan warna bertambah berat sehingga penderita tidak lagi bisa membaca tulisan dengan jelas atau kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.

Selain karena degenerasi lensa akibat pertambahan usia, kekeruhan lensa juga dapat disebabkan oleh hal lain, yaitu (Medem,2007) :

  1. Penyakit tertentu seperti diabetes.
  2. Cedera mata
  3. Obat, terutama golongan steroid
  4. Radiasi
  5. Paparan sinar matahari dalam jangka waktu lama tanpa pelindung
  6. Operasi mata sebelumnya
  7. Faktor lain yang tidak diketahui

Selain penglihatan kabur, penderita katarak juga mengeluh silau, penglihatan warna memudar, sulit melihat pada malam hari, penglihatan ganda jika melihat dengan satu mata, dan sering berganti kacamata atau kontak lensa.

Untuk memperingan gejala biasanya dilakukan penggantian kacamata, penggunaan kacamata anti silau atau pencahayaan ruangan yang lebih terang,

Tidak ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan katarak. Jika penglihatan semakin kabur sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari, penggantian lensa mata dengan lensa buatan dapat dilakukan. Operasi penggantian lensa tidak bersifat darurat, artinya katarak yang tidak dioperasi tidak akan menyebabkan kerusakan lain pada mata atau menambah kesulitan operasi di kemudian hari (Medem,2007). Hal ini sebaiknya didiskusikan dengan dokter mata anda.

Operasi katarak biasanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam. Operasi ini relatif tidak nyeri. Pembiusan hanya dilakukan di daerah mata dan sekitarnya (bius lokal), jadi pasien sadar saat operasi. 

Setidaknya ada dua teknik operasi katarak, yaitu (National Eye Institute,2007) :

  1. Phacoemulsification, atau phaco. Pada operasi ini, dilakukan sayatan kecil di pinggir kornea. Kemudian sebuah alat kecil (probe) dimasukkan melalui sayatan tersebut. Alat ini kemudian memancarkan gelombang ultrasonik sehingga lensa mata menjadi lunak. Dengan alat penyedot (suction), lensa yang melunak tersebut dikeluarkan. Sebagian operasi katarak sekarang dilakukan dengan teknik ini.
  2. Pembedahan Ekstrakapsuler. Sayatan pada operasi ini lebih panjang. Melalui sayatan yang dibuat, dokter akan mengambil lensa mata yang keruh dengan bantuan alat penjepit yang sangat kecil. Bagian lensa yang mungkin masih tersisa akan dikeluarkan dengan cara disedot.

Setelah lensa mata dikeluarkan, posisinya diganti dengan lensa buatan. Lensa ini lazim disebut lensa intraokuler (IOL, intraocular lens). IOL terbuat dari plastik, tidak membutuhkan perawatan, dan tertanam secara permanen di dalam mata. Setelah IOL terpasang dengan benar, penglihatan biasanya akan pulih kembali.

Pengangkatan katarak merupakan operasi yang umum dilakukan. Dikatakan, operasi ini merupakan salah satu operasi yang aman dan efektif. Angka keberhasilan operasi mencapai 90% (National Eye Institute,2007).

Referensi :

  1. National Eye Institute (2007) : Cataract. Dikutip 14 Nop 2007. 
  2. Medem (2007) : Cataract. Dikutip 14 Nop 2007.

13 November 2007

Cegukan (Hiccups)

Jika ada pertanyaan "Pernah cegukan?", maka sebagian besar kita akan menjawab ya. Memang, cegukan adalah gejala yang lazim terjadi pada setiap orang, mulai dari anak sampai orang tua.

Cegukan terjadi akibat gangguan pada diafragma. Diafragma adalah lembaran otot yang memisahkan paru-paru dengan rongga perut. Bentuknya seperti kubah.

Diafragma biasanya bekerja dengan sempurna. Saat kita menghirup udara, diafragma akan bergerak ke bawah. Gerakan ini, bersama gerakan otot pernapasan lainnya, menyebabkan udara masuk ke dalam paru-paru. Sebaliknya, ketika kita menghembuskan udara, difragma akan bergerak ke atas (KidsHealth,2006).

Tetapi, kadang-kadang diafragma mengalami gangguan. Pada cegukan, gangguan tersebut berupa spasme (kejang). Ketika spasme terjadi, diafragma secara tiba-tiba akan bergerak ke bawah. Hal ini akan diikuti dengan masuknya udara ke dalam paru-paru dan menutupnya klep tenggorokan (epiglotis) secara tiba-tiba. Proses inilah yang menimbulkan suara cegukan.

Cegukan dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain (WebMD,2005):

  1. Makan terlalu banyak atau terlalu cepat,
  2. Tertelan udara dalam jumlah besar
  3. Rokok dan alkohol
  4. Perubahan suhu lambung secara tiba-tiba. Hal ini bisa terjadi saat kita mengkonsumsi minuman hangat, langsung diikuti dengan minuman dingin.
  5. Stres emosional atau terlalu gembira.

Cegukan yang disebabkan oleh hal di atas biasanya akan menghilang dengan sendirinya. Jika kita tak bisa menunggu lama sampai cegukan hilang, beberapa cara dapat dilakukan untuk membantu menghentikannya. Cara tersebut antara lain (WebMD,2005):

  1. Tahan napas kemudian menghitung secara perlahan. Pada hitungan kesepuluh baru lepaskan napas.
  2. Bernapas pada kantong yang terbuat dari kertas beberapa kali.
  3. Minum segelas air dingin dengan cepat.
  4. Makan sesendok gula atau madu

Selain cegukan ringan yang sembuh sendiri seperti yang disebutkan di atas, terdapat jenis cegukan yang lebih berat. Cegukan yang tidak sembuh dalam dua hari dua malam (48 jam) disebut cegukan menetap (persisten hiccups), sedangkan cegukan yang tak kunjung sembuh walau sudah lewat sebulan disebut cegukan membandel (intractable hiccups).

Kedua jenis cegukan ini biasanya disebabkan oleh penyakit serius. Beberapa diantaranya adalah :

  1. Gangguan sistem saraf pusat, biasanya oleh kanker, infeksi, strok, atau kecelakaan,
  2. Gangguan metabolik tubuh, dapat disebabkan oleh penyakit ginjal atau hiperventilasi pernapasan,
  3. Iritasi saraf kepala, leher, atau dada (nervus vagus atau phrenicus),
  4. Pembiusan atau pembedahan, atau
  5. Gangguan kesehatan mental.

Pengobatan cegukan menetap atau membandel dilakukan berdasarkan penyebab yang mendasarinya. Untuk mencari penyebab, biasanya diperlukan riwayat penderita, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Oleh karena itu, penderita cegukan menetap atau membandel sebaiknya memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan atau praktisi medis.

Demikian, semoga bermanfaat.

Referensi :

  1. KidsHealth (2006) : What Causes Hiccups? Dikutip 13 Nop 2007.
  2. WebMD (2005) :  Hiccups. Dikutip 13 Nop 2007.

 

10 November 2007

Deteksi Dini : Kunci Keberhasilan Pengobatan Kanker Payudara

Banyak orang beranggapan bahwa kanker termasuk kanker payudara adalah penyakit yang sukar disembuhkan. Anggapan ini mungkin benar, tetapi anggapan ini berlaku untuk kanker payudara yang sudah parah (stadium lanjut). Sedangkan kanker payudara stadium dini mempunyai kemungkinan sembuh sangat besar. Disebutkan, kanker payudara stadium I angka kemungkinan sembuh adalah 95%, stadium II sebesar 70%, stadium III sebesar 40 – 50 %, sedangkan stadium IV hanya sekitar 15% (Antara News,2007). Jadi, salah satu kunci keberhasilan penyembuhan adalah menemukan kanker payudara sejak dini.

Karena begitu pentingnya mendeteksi dini kanker payudara, maka saat ini dikembangkan metode-metode deteksi dini. Salah satunya adalah metode SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Metode ini sederhana, murah, dan dirancang untuk dilakukan sendiri.

Metode SADARI dianjurkan bagi wanita yang telah berusia 20 tahun. Metode ini sebaiknya dilakukan sebulan sekali yaitu seminggu setelah menstruasi. Bagi wanita menopause, tentukan tanggal tetap setiap bulannya.

Cara memeriksa payudara dengan metode SADARI adalah (Hikmah,2003):

  1. Berdiri di depan cermin, kemudian perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Kelainan tersebut dapat berupa keriput, lekukan, atau puting susu yang tertarik ke dalam. Jika menemukan kelainan ini, apalagi bila disertai keluarnya cairan atau darah di puting susu, sebaiknya segera memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan atau praktisi medis lainnya.
  2. Angkat kedua tangan dan letakkan di atas kepala. Perhatikan kembali kedua payudara. Lalu, bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi apakah ada kelainan.
  3. Selanjutnya berbaring di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan jari-jari tangan kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara.
  4. Kemudian periksa apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
  5. Setelah itu coba periksa dan raba puting susu dan sekitarnya. Biasanya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan. Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah periksakan diri anda ke pusat layanan kesehatan.
  6. Ulangi langkah diatas untuk payudara dan ketiak kanan.

Selain metode SADARI di atas, bagi wanita berusia 20 – 39 tahun, sebaiknya mememeriksakan payudaranya ke dokter setiap 3 tahun, sedangkan bagi yang berusia 40 tahun ke atas, memeriksakannya setiap tahun.

Deteksi dini juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan mamografi, yaitu pemeriksaan payudara dengan memasukkan cairan kontras ke payudara kemudian di foto sinar X. Pemeriksaan mamografi untuk keperluan deteksi dini kanker payudara biasanya diperuntukkan bagi wanita usia 40 – 49 tahun dengan frekuensi 1 – 2 kali setahun dan usia di atas 50 tahun dengan frekuensi 1 kali setahun (Republika,2003).

Referensi :

  1. Antara News (2007) : Deteksi Dini, "Ujung Tombak" Penyembuhan Kanker Payudara. www.antara.co.id
  2. Hikmah (2003) : Deteksi Dini Kanker Payudara. www.pikiran-rakyat.com
  3. Republika (2003) : Deteksi Dini Kanker Payudara. www.republika.co.id

 

09 November 2007

Skor Apgar : Menilai Bayi dengan Cepat

Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan penilaian terhadap bayi tersebut. Perangkat yang digunakan untuk menilai dinamakan Skor APGAR.

Kata APGAR diambil dari nama belakang penemunya, yaitu Dr. Virginia Apgar. Virgnia Apgar adalah seorang ahli anak sekaligus ahli anestesi. Skor ini dipublikasikannya pada tahun 1952.

Pada tahun 1962, seorang ahli anak bernama Dr. Joseph Butterfield membuat akronim dari kata APGAR yaitu Appearance (warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (respon refleks), Activity (tonus otot), and Respiration (pernapasan). (Wikipedia,2007)

Skor Apgar biasanya dinilai pada menit pertama kelahiran dan biasanya diulang pada menit kelima. Dalam situasi tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada menit ke 10, 15 dan 20. (MedicineNet,2007)

Hal yang dinilai pada Skor Apgar adalah :

Appearance (warna kulit)
0 — Seluruh tubuh bayi berwarna kebiru-biruan atau pucat
1 — Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan
2 — Warna kulit seluruh tubuh normal

Pulse (denyut jantung)
0 — Denyut jantung tidak ada
1 — Denyut jantung kurang dari 100 kali per menit
2 — Denyut jantung lebih atau diatas 100 kali per menti

Grimace (respon refleks)
0 — Tidak ada respon terhadap stimulasi
1 — Wajah meringis saat distimulasi
2 — Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi

Activity (tonus otot)
0 — Lemah, tidak ada gerakan
1 — Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan
2 — Bergerak aktif dan spontan

Respiration (pernapasan)
0 — Tidak bernapas
1 — Menangis lemah, terdengar seperti merintih, pernapasan lambat dan tidak teratur
2 — Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur

Kelima hal diatas dinilai kemudian dijumlahkan.  Jika jumlah skor berkisar di 7 – 10 pada menit pertama, bayi dianggap normal. Jika jumlah skor berkisar 4 – 6 pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas dengan suction, atau pemberian oksigen untuk membantunya bernapas. Biasanya jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi akan membaik (KidsHealth,2004) dan Skor Apgar pada menit kelima akan naik. Jika nilai skor Apgar antara 0 – 3, diperlukan tindakan medis yang lebih intensif lagi.

Perlu diketahui, Skor Apgar hanyalah sebuah tes yang didisain untuk menilai keadaan bayi secara menyeluruh, sehingga dapat ditentukan secara cepat apakah seorang bayi memerlukan tindakan medis segera. Skor Apgar bukanlah patokan untuk memperkirakan kesehatan dan kecerdasan bayi dimasa yang akan datang (KidsHealth,2004).

Sampai sekarang, skor apgar masih terus digunakan. Selain karena ketepatannya, juga karena cara penerapannya sederhana, cepat, dan ringkas.

Referensi :

1. KidsHealth (2004) : Apgar Score. www.kidshealth.org
2. MedicinNet (2007) : Apgar Score.  www.medicinenet.com
3. Wikipedia (2007) : Apgar Score. http://en.wikipedia.org

07 November 2007

Gastritis (Sakit Maag)

Jika anda mengalami gejala seperti ini, perih atau rasa terbakar pada perut bagian atas yang bertambah berat atau bahkan membaik setelah makan, mual, muntah, hilang nafsu makan, kembung dan bersendawa, rasa penuh pada lambung, atau hilang berat badan, mungkin anda terkena gastritis.

Gatritis sering juga disebut penyakit lambung (maag). Secara anatomi, lambung mempunyai lapisan pelindung di dinding dalamnya. Guna lapisan ini adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding lambung. Kerusakan pada lapisan pelindung menyebabkan cairan lambung yang sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding lambung dan menimbulkan peradangan (inflamasi).

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan pelindung lambung, antara lain adalah (Mayo Clinic,2007) :

  1. Konsumsi alkohol atau kopi berlebihan;
  2. Merokok;
  3. Infeksi bakteri Helicobacter pylori;
  4. Pemakaian jangka panjang atau berlebihan obat-obat pereda nyeri golongan anti inflamasi non steroid (NSAID, non-steroid anti inflammation drugs) seperti asam mefenamat, ibuprofen, atau piroksikam;
  5. Stress akibat operasi besar, kecelakaan, luka bakar, atau infeksi yang parah;
  6.  .... dan lain – lain.
Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat konsumsi alkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok dapat sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut. Gastritis kronis akibat infeksi bakteri H. pylori dapat diobati dengan terapi eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik dan 1 macam penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pump inhibitor).

Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya (Mayo Clinic,2007) :
  1. Antasid : Promag, Mylanta, dll. Antasid menetralkan asam lambung sehingga cepat mengobati gejala.
  2. Penghambat asam (acid blocker): Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin, atau famotidin.
  3. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton). Sesuai dengan namanya, obat ini menghabat pompa di dalam sel penghasil asam. Contohnya adalah omeprazol, lansoprazol, dll.

Makan dengan porsi kecil dan sering seringkali membantu mengurangi gejala asam lambung. Selain itu, penderita gastritis sebaiknya menghindari makan makanan pedas, asam, atau berminyak.

Bagi perokok dan peminum alkohol, sebaiknya menghindari kedua bahan ini, karena keduanya dapat memperparah gastritis.

Jika anda harus mendapat obat pereda nyeri dalam jangka waktu lama, sebaiknya dipilih dari jenis parasetamol, bukan golongan NSAID.

Bagi yang harus mengkonsumsi obat-obat yang mengiritasi lambung seperti golongan NSAID, antibiotik siprofloksasin, dll sebaiknya meminumnya sesudah makan.

Jika gejala gastritis anda menetap atau memburuk, sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter anda.

Demikian, semoga bermanfaat.


Referensi :

1. Mayo Clinic (2007) :Gastritis. www.mayoclinic.com


04 November 2007

Hemodialisis : Bila Ginjal Tak Lagi Berfungsi

Setiap orang umumnya mempunyai sepasang ginjal, kiri dan kanan. Bentuknya seperti kacang polong dengan ukuran panjang sekitar 10 cm, lebar 5,5 cm, tebal 3 cm, dengan berat sekitar 150 gr (Wikipedia,2007).

Ginjal mempunyai fungsi utama sebagai penyaring darah kotor, yaitu darah yang telah tercampur dengan sisa metabolisme tubuh. Sisa hasil metabolisme antara lain ureum, asam urat, dll. Hasil saringan kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk air seni, sedangkan darah yang telah bersih dikembalikan ke pembuluh darah besar untuk beredar kembali ke seluruh tubuh. Dalam sehari ginjal harus menyaring sekitar 170 liter darah.

Jika terjadi kerusakan ginjal, sampah metabolisme dan air tidak dapat lagi dikeluarkan. Dalam kadar tertentu, sampah tersebut dapat meracuni tubuh, kemudian menimbulkan kerusakan jaringan bahkan kematian.

Untuk mengatasi keadaan ini dibutuhkan hemodialisis, yaitu proses penyaringan darah dengan menggunakan mesin. Pada proses hemodialisis, darah dari pembuluhnya disalurkan melalui selang kecil ke mesin yang disebut dializer. Setelah itu, darah yang telah bersih dikembalikan ke tubuh. Di dalam dializer, darah akan melewati membran yang berfungsi sebagai saringan. Sampah hasil penyaringan akan dimasukkan ke dalam cairan yang disebut larutan dialisat. Selanjutnya, dialisat yang telah tercampur dengan sampah hasil penyaringan akan dipompa keluar, kemudian diganti dengan larutan dialisat yang baru (Nephrology Channel, 2001).

Walaupun hemodialisis berfungsi mirip dengan cara kerja ginjal, tindakan ini hanya mampu menggantikan sekitar 10% kapasitas ginjal normal. Selain itu, hemodialisis bukannya tanpa efek samping. Beberapa efek samping hemodialisis antara lain tekanan darah rendah, anemia, kram otot, detak jantung tak teratur, mual, muntah, sakit kepala, infeksi, pembekuan darah (trombus), dan udara dalam pembuluh darah (emboli) (Haven,2005).

Pada gagal ginjal kronik, hemodialisis biasanya dilakukan 3 kali seminggu. Satu sesi hemodialisis memakan waktu sekitar 3 sampai 5 jam. Selama ginjal tidak berfungsi, selama itu pula hemodialisis harus dilakukan, kecuali ginjal yang rusak diganti ginjal yang baru dari donor. Tetapi, proses pencangkokan ginjal sangat rumit dan membutuhkan biaya besar.

Referensi :
  1. Nephrology Channel (2001) : Renal Replacement Therapy. www.nephrologychannel.com
  2. Haven L (2005) : Hemodialysis. Yahoo! Health.
  3. Wikipedia (2007) : Kidney. en.wikipedia.org

Hipertensi : Mengapa tak boleh makan garam?

Penderita hipertensi biasanya selalu diwanti-wanti untuk mengurangi konsumsi garam. Pasalnya, kadar garam yang tinggi dalam tubuh berakibat naiknya tekanan darah. Salah satu efek jangka pendek dan berbahaya dari tingginya tekanan darah adalah strok, sedang efek jangka panjang adalah pembesaran jantung.

Efek garam tidak sama pada semua orang. Hanya pada orang yang sensitif, garam menyebabkan tekanan darah tinggi. Jumlah orang yang sensitif ini sekitar 10% dari semua penduduk (Veracity,2005).

Bagaimana garam dapat meningkatkan tekanan darah? Jika kadar garam dalam darah meningkat, tubuh akan berusaha menetralkannya, yaitu mengencerkannya dengan air. Hal ini terjadi melalui dua mekanisme yaitu :
  1. Kadar garam yang tinggi dalam darah akan merangsang pusat haus di otak, sehingga seseorang akan minum lebih banyak air.
  2. Kadar garam yang tinggi juga akan menyebabkan pelepasan hormon antidiuretik, yaitu hormon yang menyebabkan ginjal menyerap kembali sebagian besar air yang telah disaringnya, sebelum dikeluarkan menjadi air kemih.
Masuknya air dalam jumlah besar ke dalam pembuluh darah menyebabkan volume darah yang ada dalam sistem peredaran darah bertambah. Akibatnya, tekanan darah meninggi (WebBooks,2007).

Oleh karena itu, pada penderita hipertensi, membatasi garam sangat penting. Batas konsumsi garam yang dianjurkan American Heart Association tidak lebih dari 2.300 gr perhari (sebagai perbandingan, satu sendok teh mengandung sekitar 2.400 gr garam) (ClevelandClinic,2006). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) yang disponsori oleh U.S. National Institutes of Health menyimpulkan bahwa konsumsi makanan yang rendah lemak, kaya kalium dan kalsium, dengan garam tidak lebih dari 2.300 gr sehari pada penderita hipertensi ringan, akan menurunkan tekanan darah dalam jumlah yang sama seperti halnya jika dia minum obat antihipertensi (Nicholson,2007).

Catatan : Membatasi konsumsi garam hanyalah salah satu cara untuk mengontrol tekanan darah, masih banyak cara lain yang harus dilakukan yaitu olahraga teratur, kurangi berat badan bagi yang gemuk, berhenti merokok, dll.

Referensi :
  1. WebBooks (2007) : Hypertension. WWW.WEB-BOOKS.COM
  2. Veracity D (2005) : Blaming dietary sodium for high blood pressure is too simplistic. WWW.NEWSTARGET.COM
  3. ClevelandClinic (2006) : High Blood Pressure and Nutrition. WWW.CLEVELANDCLINIC.ORG
  4. Nicholson CR (2007) : Less Sodium, Lower Blood Pressure. WWW.DENVERPOST.COM

03 November 2007

Jerawat: Pencet atau Tidak?

Setiap orang punya persepsi berbeda tentang jerawat di wajahnya. Ada yang punya jerawat sekian banyak, tenang-tenang aja, tetapi, ada yang baru tumbuh satu bintik jerawat, sudah panik mencari cara menghilangkan si jerawat.

Banyak cara untuk menghilangkan jerawat, dari cuci muka teratur dengan sabun, ngolesin krim merk ini dan itu, sampai minum obat, baik yang dibeli bebas maupun yang dibeli dengan resep. Tetapi, beberapa orang punya cara lain, yaitu dengan memencet jerawatnya, ngeluarin komedo katanya. Nah, untuk hal yang terakhir ini terkadang membingungkan. Ada banyak artikel yang melarang kita mencet-mencet jerawat, artikel lainnya menyarankan agar komedo sebaiknya dikeluarkan.

Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita memahami proses bagaimana jerawat bisa timbul.

Setidaknya ada empat faktor yang berperan terhadap timbulnya jerawat (Harper,2007).
  1. Hiperproliferasi epidermal folikuler; penumpukan sel kulit mati yang berlebihan di dalam pori-pori.
  2. Produksi sebum (cairan minyak) yang berlebihan;
  3. Aktivitas bakteri Propionibacterium acne;
  4. dan Inflamasi (peradangan)

Penumpukan sel kulit mati dan produksi sebum yang berlebihan dalam pori-pori menyebabkan pembentukan komedo. Komedo yang berada dalam pori-pori dengan muara masih terbuka mempunyai ujung berwarna hitam (blackhead), sedangkan yang berada dalam pori-pori yang muaranya tertutup ujungnya masih berwarna putih (whitehead).

Kadangkala komedo ini mengalami peradangan oleh karena aktifitas bakteri Propionibacterium acne atau melalui mekanisme lainnya. Infeksi sekunder oleh bakteri lain (stafilokokus, streptokokus, dll) juga dapat terjadi, terutama pada komedo yang sering diutak-atik dengan tangan. Jika infeksi sekunder terjadi, komedo biasanya disertai nanah, benjolannya bertambah besar dan mengeras, serta pada proses penyembuhannya dapat timbul bekas (parut, scar)

Komedo yang membandel yang tidak mau hilang dengan pengobatan biasanya harus dikeluarkan. Namun mengeluarkan komedo dengan memencetnya tidak disarankan. Alasannya, saat memencet jerawat, sterilitas prosedur pemencetan tidak terjamin sehingga dapat terjadi infeksi atau peradangan pada jerawat. Alhasil, jerawat bukannya sembuh, tapi tambah parah. Larangan memencet jerawat tidak hanya berlaku bagi komedo dengan pori-pori tertutup, tetapi juga pada komedo dengan muara pori-pori terbuka. Idealnya, mengeluarkan komedo dilakukan oleh dokter ahli kulit atau praktisi medis lainnya yang telah terlatih, dengan prosedur dan alat yang steril (AcneNet,2007).

Masalahnya, bagamana jika kita tinggal di daerah yang tidak ada dokter ahli kulit atau terkendala biaya pengobatan? Hal ini memang cukup dilematis.

Langkah yang bisa diambil antara lain adalah mencegah pembentukan komedo. Salah satu caranya adalah menjaga pori-pori tetap terbuka. Hal ini bisa diperoleh dengan cuci muka secara teratur, mengolesi dengan krim yang mengandung benzoil peroksida, atau cara lainnya (silakan googling di internet).

Jika komedo terlanjur terbentuk, dan anda ’terpaksa’ memencetnya, silakan cuci tangan dan wajah sebelum pemencetan. Jangan paksa mengeluarkan komedo yang setelah beberapa lama anda pencet namun tetap tak mau keluar. Tetapi harap diingat, apapun alasan anda memencet jerawat anda, tindakan ini tetap berisiko timbul infeksi, peradangan, dan parut pada wajah anda. Jadi pertimbangkanlah baik-baik.

Referensi :
  1. AcneNet (2007) : What is Acne? American Academy of Dermatology. www.skincarephysicians.com
  2. Harper JC (2007) : Acne Vulgaris. eMedicine. http://www.emedicine.com