29 September 2009

Nyeri Haid / Dismenorea

Banyak kaum hawa mengeluh nyeri di perut saat haid. Keluhan yang nyaris rutin dialami ini bervariasi intensitasnya dan berbeda untuk setiap orang. Sebagian hanya merasakan nyeri ringan, tetapi sebagian lainnya merasakan nyeri sangat hebat, perut seperti diremas-remas, muntah-muntah, bahkan sampai demam dan sakit kepala.



Primer dan Sekunder



Nyeri haid kerap juga disebut dengan dismenorea, artinya rasa nyeri saat menstruasi. Penderitanya cukup banyak. Diperkirakan sekitar 50% lebih wanita usia subur mengalami gangguan ini. Walaupun tidak membahayakan, dismenorea dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya.



Oleh para ahli, dismenorea dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Disebut dismenorea primer jika nyeri yang timbul tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan jika nyeri haid dapat diidentifikasi penyebabnya disebut sekunder. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan dismenorea sekunder adalah endometriosis, fibroid (mioma), adenomiosis, penyakit peradangan panggul kronik, IUD, dll.



Dismenorea primer biasanya mulai terjadi pada 6 – 12 bulan setelah haid pertama kali. Saat haid, sel endometrium yang melapisi dinding dalam rahim akan melepaskan zat prostaglandin yang menyebabkan kontraksi otot rahim (miometrium) dan kontraksi pembuluh darah (vasokonstriksi). Akibatnya terjadi iskemia rahim yang dirasakan sebagai nyeri.



Dismenorea sekunder dapat terjadi pada haid mana saja, biasanya di umur 20an atau 30an. Pada dismenorea ini, haid sebelumnya berlangsung normal dan relatif tidak nyeri. Peningkatan prostaglandin seperti halnya pada dismenorea primer juga diduga berperan pada dismenorea sekunder, tetapi penyebab utamanya adalah adanya gangguan pada organ reproduksi.



Lebih lanjut untuk membedakan dismenorea primer dan sekunder, berikut kami kutip tulisan dari Medscape (http://emedicine.medscape.com) :



Dismenorea Primer :


  • Terjadi dalam 6 – 12 bulan setelah haid pertama

  • Nyeri perut atau panggul muncul saat haid dan hilang setelah 8 – 72 jam.

  • Nyeri punggung bawah

  • Nyeri paha depan atau tengah

  • Sakit kepala

  • Diare

  • Mual / muntah


Dismenorea Sekunder


  • Terjadi pada dekade 20an atau 30an, setelah periode haid sebelumnya tidak ada nyeri.

  • Infertil (mandul)

  • Darah haid banyak atau tidak teratur

  • Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)

  • Keluar cairan dari v

  • Nyeri perut atau panggul di masa-masa tidak haid

  • Nyeri tidak berkurang dengan pemberian obat antiinflamasi non steroid


Mengurangi Nyeri dengan Pil KB



Sebagian besar penderita dismenorea mengobati sendiri penyakitnya dengan analgesik atau obat pereda nyeri non steroid yang dijual bebas. Strategi ini cukup efektif untuk mengurangi nyeri haid pada dismenorea primer.



Jika pemberian analgesik atau pereda nyeri non steroid tidak mempan dan rasa nyeri yang timbul sangat hebat, maka dapat digunakan pereda nyeri jenis narkotika. Tentunya, pemberiannya harus dilakukan di rumah sakit dan oleh dokter yang berkompeten.



Langkah lain yang dapat ditempuh adalah dengan mengkonsumsi pil KB. Dengan demikian, ovulasi dapat dicegah dan darah menstruasi semakin sedikit, sehingga nyeri akan berkurang.



Sedangkan untuk dismenorea sekunder, penyakit yang mendasarinya harus diatasi. Jika akibat IUD, maka alat tersebut harus dilepas. Jika terjadi karena fibroid atau mioma, pengangkatan mioma melalui operasi dapat dipertimbangkan. Pendeknya, strategi pengobatannya tergantung dengan sifat penyakit penyebabnya.