28 Maret 2009

Tidur Cukup dan Berkualitas

Tidur adalah kebutuhan mutlak. Jika tak dipenuhi, maka akan timbul gangguan. Misalkan tidak tidur satu malam, niscaya esok harinya tubuh akan loyo dan wajah kusut. Kemudian, jika tak tidur bermalam-malam, emosi mungkin menjadi labil, dan yang lebih parah, jatuh sakit.

Tidur, sebagaimana aktifitas lainnya, punya takaran optimal. Lebih atau kurang berakibat tidak baik. Menurut para ilmuwan, tidur yang cukup bagi remaja adalah 8 sampai 9,5 jam, sedangkan bagi orang dewasa adalah 7 – 8 jam per 24 jam. Tetapi tidak hanya itu, kualitas tidur juga mesti diperhatikan. Tidur yang baik adalah tidur dalam atau nyenyak, yang memasuki fase REM (rapid eye movement).

Berikut beberapa saran agar dapat tidur cukup dan berkualitas :

  1. Usahakan tidur dan bangun teratur, artinya dalam jam yang sama setiap harinya.
  2. Jangan terlalu banyak makan atau minum menjelang tidur.
  3. Hindari rokok atau kopi di sore atau petang hari.
  4. Berolah raga secara teratur, lebih baik di pagi hari. Hindari berolahraga pada jam-jam menjelang tidur.
  5. Buat suasana kamar tidur nyaman, tenang, dan tidak terlalu terang.
  6. Hindari terlalu banyak tidur di siang hari.
  7. Gunakan kasur dan bantal yang baik.
  8. Jika sulit tidur, lakukan aktifitas beberapa saat, kemudian kembali tidur jika sudah lelah.

27 Maret 2009

Cegah Infeksi dengan Cuci Tangan

Kebiasaan cuci tangan pastinya bukanlah hal baru bagi kita. Semua kita pernah melakukannya, walaupun dengan cara dan frekuensi yang berbeda.

Meski tampaknya sepele, ternyata cuci tangan mempunyai manfaat yang sangat serius, mencegah infeksi! Bayangkan, tangan kita baru saja menyentuh benda yang ada kuman koleranya. Tak lama berselang, kita memegang makanan kemudian langsung menyantapnya. Beberapa jam kemudian, kita mulai mual, muntah, dan buang-buang air. Keadaan bertambah parah dan kita terpaksa masuk ke unit gawat darurat. Petugas UGD dengan cekatan bertindak, menusuk pembuluh darah kita dengan jarum kemudian menyambungkannya dengan selang dan botol infus, juga memberi beberapa macam tablet yang mesti kita telan. Setelah sembuh, kita terpaksa mengorek tabungan untuk membayar biaya pengobatan. Semua ini tentunya bukan pengalaman menyenangkan.

Karena manfaatnya, maka tidak ada salahnya jika kita semakin 'disiplin' untuk menerapkan kebiasaan mencuci tangan. Berikut beberapa masukan yang mungkin berguna.

Ritual cuci tangan sebaiknya kita lakukan pada beberapa keadaan seperti :

  1. Sebelum dan sesudah makan (sudah pasti)
  2. Setelah dari toilet
  3. Setelah menyentuh hewan atau kotoran hewan
  4. Sebelum dan sesudah mempersiapkan makanan, misalnya saat memegang daging, ikan, dll.
  5. Setelah mengucek hidung.
  6. Setelah bersin atau batuk menggunakan telapak tangan untuk menutupi wajah.
  7. Sebelum dan setelah mengobati atau membersihkan luka.
  8. Setelah memegang sampah.
  9. Setelah menggunakan fasilitas publik seperti naik bus way, KRL, dll.

Sedangkan cara mencuci tangan yang baik adalah :

  1. Basahi tangan dengan air (sebaiknya hangat) mengalir dan pakailah sabun.
  2. Menggosok-gosokkan kedua tangan antara 15 sampai 20 detik.
  3. Menggosok semua permukaan tangan, termasuk punggung tangan, pergelangan tangan, sela jari, dan bagian bawah kuku.
  4. Bilas dengan baik.
  5. Keringkan dengan handuk bersih atau tissu.

Demikian, semoga bermanfaat.

22 Maret 2009

Chikungunya, Menyiksa tapi Tak Mematikan

Walaupun sebutan chikungunya kedengarannya agak asing, namun angka kejadian penyakit ini tidak seasing namanya. Hampir setiap tahun chikungunya merebak dan menjadi berita hangat di berbagai media.

Penyakit chikungunya mempunyai gejala yang tampaknya sangat berat. Gejala utama adalah demam, kadang-kadang mencapai suhu 40oC. Demam biasanya berlangsung 2 hingga 4 hari, sebelum berangsur-angsur normal. Juga dapat ditemukan bintik merah di sekujur tubuh dan tungkai.

Gejala lain yang sangat menyiksa adalah nyeri persendian dan nyeri otot. Persendian yang sering terkena adalah sendi lutut, sendi tulang belakang, sendi pergelangan tangan, sendi jari tangan dan kaki, dan sendi-sendi lainnya. Nyeri sendi ini sering dirasakan sangat berat, sehingga seolah-olah penderita merasa akan mengalami kelumpuhan.

Walaupun begitu, kematian akibat penyakit ini jarang terjadi.

Biang penyakit chikungunya adalah virus chikungunya. Virus ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, nyamuk yang juga menularkan penyakit demam berdarah.

Sampai saat ini belum tersedia obat maupun vaksin untuk mengatasi virus chikungunya. Untungnya, tubuh mempunyai pertahanan yang cukup kuat untuk melenyapkan virus ini.

Tindakan yang ditempuh dalam menghadapi penyakit chikungunya adalah memperbaiki keadaan umum penderita dan mengurangi atau mengatasi gejala yang timbul seperti demam dan nyeri tulang, sambil menunggu virus dieliminasi oleh sistem kekebalan tubuh. Penderita biasanya dianjurkan beristirahat, minum yang banyak, dan makan makanan yang bergizi. Sedangkan obat-obatan yang dapat diberikan adalah parasetamol, ibuprofen, naproxen, dll.

20 Maret 2009

Penularan HIV dari Ibu ke Bayi

Penularan vertikal atau penularan HIV dari ibu ke bayinya merupakan salah satu rute infeksi HIV. Seperti halnya cara penularan lain, yaitu melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik secara bersama, penularan vertikal pun dapat dicegah. Jika berhasil, angka penularan vertikal akan turun hingga di bawah 1%, seperti yang terjadi di AS dan Eropa.

Penularan vertikal dapat terjadi dalam semua fase, sejak dari awal kehamilan, persalinan, hingga saat menyusui bayi.

Tidak semua ibu yang menderita HIV akan menginfeksi bayinya, terutama jika tindakan pencegahan dilakukan dengan baik. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh ibu hamil yang mengidap HIV adalah :

  1. Mengkonsumsi obat anti HIV (anti retroviral). Obat ini akan menekan pertumbuhan virus dalam tubuh ibu, sehingga hanya sedikit virus yang beredar. Semakin sedikit virus, maka semakin kecil kemungkinan virus akan masuk ke tubuh janin.
  2. Selama persalinan, meminimalkan kontak antara bayi dengan darah atau cairan yang berasal dari tubuh ibu. Untuk itu, tindakan seksio sesar atau teknik persalinan yang lebih aman perlu dipertimbangkan.
  3. Tidak menyusui bayi karena virus HIV juga ditemukan di dalam ASI. Bayi dapat diberi susu formula atau makanan lain pengganti ASI.

01 Maret 2009

Terapi Metadon untuk Pecandu Narkoba

Sampai saat ini, terdapat beberapa macam terapi untuk pecandu narkoba. Beberapa contohnya adalah cold turkey (penghentian secara mendadak), detoksifikasi, dan terapi metadon. Namun yang terbukti banyak berhasil adalah yang terakhir yaitu terapi rumatan metadon.

Metadon merupakan opiat sintetis yang segolongan dengan heroin, kodein, dan morfin. Opiat ini pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1945 sebagai obat penghilang rasa sakit. Selanjutnya, sekitar tahun 1960an, untuk pertama kalinya metadon digunakan untuk program perawatan pada pecandu narkoba di New York.

Dengan mengikuti terapi metadon, bukan berarti pecandu narkoba serta merta lepas dari ketergantungan. Mengapa demikian? Karena metadon sendiri adalah golongan opiat, sehingga pemberian obat ini sebenarnya bertujuan untuk mengganti kebutuhan pecandu terhadap opiat lainnya seperti putaw, morfin, dll.

Sebagai opiat pengganti yang hanya bisa didapatkan pada klinik terapi metadon, penggunaannya mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan penggunaan opiat ilegal. Metadon mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan pecandu terhadap opiat lain yang rute pemberiannya berisiko, misalnya melalui suntikan. Telah lama diketahui, penggunaan jarum suntik di kalangan pengguna narkoba intravena menjadi penyebab utama penularan HIV dan penyakit lain seperti hepatitis. Keuntungan lain adalah mengurangi tindakan kriminal yang dilakukan pecandu narkoba. Pengguna narkoba biasanya menggunakan berbagai macam cara agar bisa mendapatkan narkoba.

Dalam terapi metadon dosis diatur sedemikian rupa sehingga penderita tidak mengalami gejala putus obat, sekaligus tidak menyebabkan pemakainya terbius oleh dosis. Dengan demikian akan menormalkan gaya hidup dan perilaku pemakainya.

Metadon diberikan dalam bentuk cair. Pasien harus meminum obat ini di depan petugas. Untuk memastikan bahwa obat ini benar-benar telah di telan, petugas biasanya akan meminta pasien untuk menyebutkan beberapa kata atau kalimat. Metadon berada cukup lama di dalam darah, berkisar antara 24 – 36 jam. Oleh karena itu, cukup diberikan sekali sehari.

Lama pemberian metadon sebenarnya tidak terbatas. Tetapi pada tahap awal, sebaiknya tidak berhenti sampai enam bulan. Agar berhasil, terapi metadon harus diiringi dengan terapi konseling dan dukungan terus menerus bagi pasien. Jika keadaan pasien membaik, dan pasien menginginkan untuk menghilangkan ketergantungan, maka dapat dilakukan pengurangan dosis secara bertahap.