30 Januari 2008

Apa manfaat donor darah?

Apa manfaat darah donor bagi penerima (resipien)?
Sekantong darah yang didonorkan seringkali dapat menyelamatkan nyawa seseorang.
Darah adalah komponen tubuh yang berperan membawa nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuh, termasuk organ-organ vital seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati. Jika darah yang beredar di dalam tubuh sangat sedikit oleh karena berbagai hal, maka organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Akibatnya, dalam waktu singkat terjadi kerusakan jaringan dan kegagalan fungsi organ, yang berujung pada kematian.

Untuk mencegah hal itu, dibutuhkan pasokan darah dari luar tubuh. Jika darah dalam tubuh jumlahnya sudah memadai, maka kematian dapat dihindari.

Siapa saja yang menjadi penerima darah?
Ada berbagai macam kondisi dan penyakit yang membutuhkan transfusi darah. Beberapa diantaranya adalah :
  1. Luka yang menimbulkan perdarahan hebat, misalnya kecelakaan mobil, luka sayat, luka tusuk, luka tembak, dll.
  2. Pembedahan yang menyebabkan keluarnya darah dalam jumlah besar, misalnya pembedahan jantung, pembedahan perut, dll.
  3. Penyakit tertentu seperti penyakit hati (liver), penyakit ginjal, kanker, anemia defisiensi besi, anemia sel sabit, anemia fanconi, anemia hemolitik, anemia aplastik, talasemia, hemofilia, trombositopenia, dll.
Apa manfaat mendonorkan darah?
Bagi pendonor sendiri banyak manfaat yang dapat dipetik dari mendonorkan darah. Beberapa diantaranya adalah :
  1. Mengetahui golongan darah. Hal ini terutama bagi yang baru pertama kali mendonorkan darahnya.
  2. Mengetahui beberapa penyakit tertentu yang sedang di derita. Setidaknya setiap darah yang didonorkan akan melalui 13 pemeriksaan (11 diantaranya untuk penyakit infeksi). Pemeriksaan tersebut antara lain HIV/AIDS, hepatitis C, sifilis, malaria, dsb.
  3. Mendapat pemeriksaan fisik sederhana, seperti pengukuran tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan.
  4. Mencegah timbulnya penyakit jantung. Hasil penelitian yang mendukung pernyataan ini dapat di baca di sini dan di sini.
Siapa saja yang boleh mendonorkan darah?
  1. Pendonor berusia antara 17 - 60 tahun dengan berat badan minimal 45 kg. Usia 17 tahun harus dengan ijin tertulis dari orangtua.
  2. Tanda vital baik. Biasanya diperiksa sesaat sebelum mendonorkan darah. Tanda vital tersebut adalah : Tekanan darah sistol = 110 - 160 mm Hg dan diastol = 70 - 100 mm Hg; Denyut nadi teratur, yaitu 50 - 100 kali/ menit; Suhu tubuh 36,6 - 37,5 derajat Celcius (oral).
  3. Jika pernah mendonorkan darah, maka pendonoran yang terakhir sudah lebih dari 3 bulan yang lalu.
Siapa saja yang tidak boleh mendonorkan darah?
Seseorang tidak boleh mendonorkan darahnya jika :
  1. Pernah menderita hepatitis B.
  2. Menderita tuberkulosis, sifilis, epilepsi dan sering kejang.
  3. Ketergantungan obat, alkoholisme akut dan kronik.
  4. Dalam jangka waktu 1 tahun: sesudah operasi besar, sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies terapeutik, atau sesudah transplantasi kulit.
  5. Dalam jangka waktu 6 bulan: sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis, sesudah transfusi, sesudah tattoo/tindik telinga, sesudah persalinan, atau sesudah operasi kecil.
  6. Dalam jangka waktu 2 minggu: sesudah vaksinasi virus hidup parotitis, measles, tetanus toksoid.
  7. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
  8. Sedang hamil atau menyusui.
  9. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
  10. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus difteri.
  11. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk.
  12. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polisitemiavera.
  13. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril).
  14. Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
Referensi :
  1. PMI (2002) : Serba Serbi Transfusi Darah.
  2. Blood Center (2005) : 56 Facts About Blood and Blood Donation.

24 Januari 2008

Endoskopi

Dulu, untuk memeriksa atau mengobati gangguan pada organ tubuh bagian dalam seringkali membutuhkan operasi terbuka. Tetapi, setelah endoskopi digunakan secara luas, operasi terbuka telah jarang dilakukan.

 

Endoskop adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan endoskopi. Alat ini berbentuk pipa kecil panjang yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh, misalnya ke lambung, ke dalam sendi, atau ke  rongga tubuh lainnya. Di dalam pipa tersebut terdapat dua buah serat optik. Satu untuk menghasilkan cahaya agar bagian tubuh di depan ujung endoskop terlihat jelas, sedangkan serat lainnya berfungsi sebagai penghantar gambar yang ditangkap oleh kamera. Di samping kedua serat optik tersebut, terdapat satu buah bagian lagi yang bisa digunakan sebagai saluran untuk pemberian obat dan untuk memasukkan atau mengisap cairan. Selain itu, bagian tersebut juga dapat dipasangi alat-alat medis seperti gunting kecil, sikat kecil, dll.



Endoskop biasanya digunakan bersama layar monitor sehingga gambaran organ yang diperiksa tidak hanya dilihat sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Gambar yang diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam untuk dokumentasi atau evaluasi lebih lanjut.



Endoskopi tidak hanya berfungsi sebagai alat periksa tetapi juga untuk melakukan tindakan medis seperti pengangkatan polip, penjahitan, dan lain-lain. Selain itu, endoskopi juga dapat digunakan untuk mengambil sampel jaringan jika dicurigai jaringan tersebut terkena kanker atau gangguan lainnya.



Beberapa jenis gangguan yang dapat dilihat dengan endoskopi antara lain : abses, sirosis biliaris, perdarahan, bronkhitis, kanker, kista, batu empedu, tumor, polip, tukak, dan lain-lain.



Prosedur medis yang menggunakan endoskopi mempunyai berbagai macam nama, tergantung jenis dan organ yang diperiksa. Berikut beberapa contohnya :


  1. Thorakoskopi, pemeriksaan pleura, rongga pleura, mediastinum dan perikardium (bagian-bagian paru-paru dan jantung).

  2. Proktoskopi (sigmoidoskopi dan proktosigmoidoskopi), untuk memeriksa rektum dan kolon sigmoid.

  3. Laringoskopi, untuk memeriksa laring (salah satu bagian saluran napas).

  4. Laparoskopi, untuk melihat lambung, hati, dan organ-organ lain di dalam rongga perut.

  5. Gastroskopi, untuk melihat dinding dalam esofagus, lambung, dan usus halus.

  6. Sistoskopi, untuk melihat saluran kencing, kandung kencing dan prostat.

  7. Kolposkopi, untuk memeriksa v dan mulut rahim.

  8. Kolonoskopi, untuk memeriksa usus besar.

  9. Bronkhoskopi, untuk melihat trachea dan cabang-cabang bronkhus (bagian dari saluran napas)

  10.  Arthroskopi, untuk melihat sendi.


23 Januari 2008

Serat Mencegah dan Mengatasi Ambien

Ketika buang air besar keras dan susah, apalagi jika diiringi mengedan yang berlebihan, biasanya timbul rasa nyeri pada anus. Nyeri tersebut berasal dari iritasi dan luka pada permukaan anus akibat tinja yang keras yang memaksa keluar.

Pada sebagian orang, apabila keadaan ini sering terjadi, lama kelamaan dapat timbul ambien atau hemorrhoid. Jika sudah demikian, rasa nyeri akan lebih hebat, seringkali disertai peradangan dan pembengkakan, bahkan keluar darah segar menetes. Keadaan ini akan membuat penderitanya sangat tersiksa, terutama saat keinginan buang air besar semakin mendesak atau saat mesti duduk berlama-lama.

Bagi orang yang tidak ingin menderita ambien, maka buang air besar keras dan sulit harus dihindari. Caranya dengan mengkonsumsi makanan berserat. Banyak contoh makanan yang memiliki serat tinggi, antara lain : pepaya, daun ubi, bayam, kangkung, buah-buahan segar (pisang tidak termasuk). Selain itu, konsumsi cairan juga harus dalam jumlah cukup agar tinja lebih lunak.

Konsumsi serat yang tinggi, selain dapat mencegah timbulnya ambien, juga dapat mengurangi serapan kolesterol oleh usus. Hal ini penting, terutama bagi orang yang mengalami kegemukan atau orang yang memiliki kadar kolesterol darah tinggi. Di samping itu, tinja yang lebih cepat keluar akibat adanya serat di dalamnya dapat menghindarkan seseorang terkena penyakit kanker usus besar. Menurut penelitian, tinja yang tersimpan lama di dalam usus besar dapat mengiritiasi sel-sel dinding usus besar sehingga terjadi mutasi menjadi sel kanker.

Bagi orang yang terlanjur mengalami ambien, konsumsi serat juga sangat membantu. Konsumsi serat akan melunakkan tinja, sehingga akan keluar dengan mudah dan tidak atau kurang menimbulkan nyeri. Walaupun kadangkala diperlukan pengobatan dengan anti nyeri atau anti peradangan, faktor serat tidak dapat diabaikan dalam kesuksesan pengobatan ambien. Bahkan, boleh dikata, serat merupakan elemen kunci dalam pengobatan dan pencegahan kambuhnya ambien.

Untungnya, serat bukanlah hal yang mahal. Di sekeliling kita tersedia sumber serat alami yang murah dan terjangkau. Hanya kadangkala kita terbiasa dengan pola makan kita yang tidak sehat dan tidak ingin berepot-repot mencari makanan berserat. Perilaku makan yang tidak sehat sebaiknya diubah jika ingin terus hidup sehat.

10 Januari 2008

Pertolongan Pertama Kesetrum Listrik

Listrik sudah menjadi bagian hidup kita sehari-hari. Hampir semua peralatan rumah tangga, kantor, dll menggunakan listrik sebagai sumber energinya. Selain itu, listrik juga telah menjangkau sebagian besar wilayah, bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa.

Dengan semakin akrabnya listrik dengan kehidupan kita, peristiwa kesetrum listrik mungkin akan lebih sering kita jumpai. Bahkan, sebagian besar kita barangkali pernah mengalami kesetrum walaupun dalam derajat ringan.

Saat kesetrum ringan, kita mungkin akan mengalami kejutan pada bagian tubuh yang terkena, dan biasanya secara refleks kita akan menarik bagian tubuh tersebut dari sumber listrik. Kadang kala juga timbul luka bakar ringan pada daerah tempat masuknya arus listrik.

Lain halnya jika terjadi kesetrum derajat berat. Korban mungkin akan jatuh pingsan, mengalami henti napas, denyut jantung tak teratur atau terhenti, luka bakar listrik yang luas, dll. Menghadapi hal ini, sebaiknya kita melakukan langkah-langkah berikut :

  1. Perhatikan kondisi korban dan sekitarnya, lalu lihat apakah korban masih terhubung dengan listrik atau tidak. Jangan buru-buru menyentuh atau memegangnya. Jika korban masih terhubung dengan listrik saat kita menyentuhnya, maka kita akan ikut kesetrum.
  2. Matikan sumber listrik. Jika tidak bisa, singkirkan sumber listrik dari tubuh korban dengan menggunakan benda yang tidak menghantarkan listrik seperti kayu, plastik, atau karet.
  3. Jika lokasi kesetrum tidak aman, pindahkan korban ke tempat lain. Kemudian bawa segera korban ke pusat layanan kesehatan terdekat atau hubungi unit gawat darurat untuk menjemput korban (misal, 118).
  4. Sembari menuju pusat layanan kesehatan atau menunggu pertolongan dari unit gawat darurat, baringkan korban dengan posisi telentang, tinggikan kaki untuk mencegah terjadinya syok. Kemudian periksa pernapasan dan denyut jantungnya. Jika terjadi henti napas dan henti jantung, lakukan resusitasi kardio pulmonal (Cardio Pulmonal Resuscitation, CPR). Cara melakukan CPR dapat dilihat di sini (English).

Demikian, semoga bermanfaat.

Referensi :

  1. MayoClinic (2006): Electrical shock: First aid. [10 Jan 08].
  2. Dhyansanjivani ( - ) : Electrical shock. [10 Jan 08].

 

08 Januari 2008

Mencegah Ruam Popok

Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim ditemukan pada bayi. Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada kisaran usia 8 - 10 bulan. Gejalanya antara lain ruam kemerahan atau lecet pada kulit di daerah yang ditutupi popok. Selain itu, bayi biasanya terlihat rewel, terutama saat penggantian popok. Bayi juga mungkin menangis saat kulit di daerah yang ditutupi popok dicuci atau disentuh.

Untuk mencegah ruam popok, beberapa tindakan berikut mungkin membantu :

  1. Sering-seringlah mengganti popok. Jangan biarkan popok yang sudah basah karena menampung banyak urin berlama-lama dipakai bayi. Kontak yang lama antara urin atau tinja dengan kulit bayi dapat menimbulkan ruam popok.
  2. Saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi popok (bokong, paha, selangkangan, dan daerah genital bayi) secara perlahan dengan handuk bersih. Usahakan menghindari menggosok-gosok dengan keras daerah tersebut.
  3. Sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak memasang popok) selama beberapa saat. Tindakan ini mungkin berguna menjaga daerah popok tetap kering dan bersih.
  4. Hati-hati dalam memilih popok, karena beberapa jenis bahan popok dapat merangsang ruam popok. Jika hal itu terjadi, gantilah popok merk lain yang lebih cocok.
  5. Jika bayi anda memakai popok kain yang digunakan berulang kali, cucilah popok kain tersebut dengan deterjen yang formulanya tidak terlalu keras. Hindari memakai pelembut, karena pewangi dalam pelembut tersebut dapat mengiritasi kulit bayi. Pastikan untuk membilas popok dengan baik agar deterjen tidak tertinggal di dalam popok.
  6. Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara popok dengan kulit bayi.

Mudah-mudahan dengan menjalankan langkah-langkah ini, bayi anda tidak terkena ruam popok (lagi).

Referensi :

  1. MayoClinic (2007) : Diaper Rash. [8 Jan 07].
  2. FamilyDoctor (2005) : Diaper Rash: Tips on Prevention and Treatment. American Academy of Family Physicians. [8 Jan 07].

 

05 Januari 2008

Flu Lambung Menular Lewat Keyboard dan Mouse Komputer

Norovirus yang menjadi biang penyakit flu lambung (stomach flu) terbukti dapat menular melalui alat-alat yang digunakan bersama oleh banyak orang seperti keyboard dan mouse komputer.

Sebuah laporan yang dirilis oleh CDC's Morbidity and Mortality Weekly, AS pada 4 Januari 2008 menyebutkan bahwa wabah norovirus yang menyerang sebuah SD di Washington DC ternyata ditularkan melalui perlengkapan komputer yang terkontaminasi. Dalam serangan wabah tersebut, dari 314 siswa dan 66 staf sekolah tersebut, 103 terkena infeksi norovirus (79 siswa dan 24 staf). Untuk menemukan sumber penularan, dilakukan pemeriksaan sampel yang diambil dari berbagai tempat yang dicurigai di sekitar sekolah. Ternyata, sampel yang diambil dari keyboard dan mouse komputer di salah satu ruang sekolah tersebut positif virus norovirus.

Norovirus dilaporkan pertama kali mewabah di Norwalk, Ohio, tahun 1968. Oleh karena itu, sebelumnya virus ini dinamakan "Norwalk Virus". Diperkirakan sekitar 23 juta kasus flu lambung akibat norovirus terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Sedangkan, angka kejadian flu lambung akibat norovirus di Indonesia tidak diketahui.

Penderita yang terkena flu lambung akan mengalami gejala mual, muntah, diare atau kram dan nyeri perut. Gejala lain yang mungkin timbul adalah badan meriang, sakit kepala, nyeri otot, dan rasa kelelahan di seluruh badan.

Penderita flu lambung seringkali terlihat sangat sakit, disertai dengan muntah dan diare hebat. Pada penderita yang tidak bisa minum, dapat terjadi dehidrasi. Untuk mengatasinya diperlukan infus cairan dalam jumlah yang cukup.

Untungnya, walaupun gejala yang diderita cukup berat, penyakit ini akan sembuh sendiri dan gejala biasanya membaik setelah satu atau dua hari.

Sampai saat ini, pengobatan flu lambung belum ditemukan. Belum ada antivirus yang dapat mengatasi norovirus dan belum ada vaksin yang dapat mencegah timbulnya norovirus. Antibiotik biasanya tidak berguna, karena antibiotik hanya dapat membunuh bakteri, bukan virus. Oleh karena itu, pengobatan hanya ditujukan pada gejala yang timbul, yaitu untuk mengatasi muntah, diare, sakit kepala, dan kekurangan cairan.

Langkah pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari flu lambung adalah :

  1. Mencuci tangan, terutama setelah dari kamar kecil, mengganti popok, sebelum makan, atau saat menyiapkan makanan.
  2. Mencuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi dan memasak tiram sampai matang.
  3. Membersihkan dan mendesinfeksi peralatan atau benda-benda yang diperkirakan terkontaminasi norovirus.
  4. Segera melepaskan pakaian dan mencucinya dengan air hangat dan sabun jika benda tersebut diperkirakan terkontaminasi norovirus.
  5. Bersihkan lantai atau kamar kecil dari muntahan atau tinja penderita flu lambung. Jika perlu gunakan larutan desinfektan.

Demikian, semoga bermanfaat.

Referensi :

  1. Reinberg S (2008) : Stomach Flu Spread By Contaminated Computer Keyboards. MedicineNet, Inc. [5 Jan 08]
  2. MayoClinic (2007) : Norovirus Infection. [5 Jan 08].
  3. Centers for Disease Control and Prevention (2006) : Norovirus: Q&A. [5 Jan 08].
  4. Sullivan R (2006) : Norovirus and Cruise Ships: An abbreviated history. Claris Law. [5 Jan 08].

 

01 Januari 2008

Susah Buang Air Besar pada Bayi

Susah buang air besar (konstipasi) adalah gangguan yang kerap terjadi pada bayi. Gejalanya, selain sulit buang air besar, adalah tinja keras, nyeri di daerah anus, bahkan keluar darah segar akibat perlukaan anus.

Menurut definisi, konstipasi adalah kesulitan buang air besar selama dua minggu atau lebih. Tetapi, pada bayi yang mengkonsumsi susu formula, buang air besar yang keras 2 – 4 hari sekali sudah dianggap konstipasi. Lain halnya pada bayi yang mengkonsumsi ASI, walaupun buang air besarnya 2 – 5 hari sekali (asal konsistensi tinjanya lembek), tidak dianggap konstipasi.

Beberapa hal yang menjadi biang keladi sulit BAB pada bayi adalah :

  1. Asupan (intake) cairan kurang, sehingga timbul dehidrasi.
  2. Susu formula dengan kadar zat besi tinggi.
  3. Susu formula dengan kandungan lemak nabati misalnya kelapa sawit.
  4. Pembuatan susu formula terlalu pekat.
  5. Pola makan yang tidak seimbang, yaitu lebih banyak konsumsi lemak, karbohidrat, dan kurang makanan yang mengandung serat.
  6. Perubahan pola makan, seperti saat bayi diperkenalkan dengan makanan padat.

Untuk mencegah atau mengatasi sulit BAB pada bayi, beberapa langkah dapat ditempuh, antara lain :

  1. Bayi 0 – 6 bulan sebaiknya hanya diberikan ASI (ASI Eksklusif). ASI sangat jarang menyebabkan konstipasi, karena zat yang dikandung ASI lebih mudah dicerna. Selain itu bayi yang mendapatkan ASI mempunyai beberapa jenis bakteri di usus besarnya yang membantu mengurai protein susu yang sulit dicerna. Bayi yang mendapatkan ASI juga mempunyai kadar hormon motilin (hormon yang membantu pergerakan usus) lebih tinggi.
  2. Bagi bayi di atas 6 bulan, berikan sayur dan buah-buahan. Serat yang dikandung bahan tersebut membantu melunakkan dan memperlancar buang air besar. Makanan tersebut dapat disajikan dalam bentuk jus, seperti jus buah pear / apel (mengandung sorbitol), atau jus pepaya. Untuk sementara waktu, hindari pemberian pisang atau wortel.
  3. Jika bayi mendapat susu formula, periksa kembali takaran pengencerannya dan zat yang dikandungnya. Jika perlu ganti dengan susu merk lain yang lebih cocok.
  4. Pijat perut bayi dengan perlahan, boleh menggunakan baby oil. Pijatan dimulai dari pusat ke arah luar, dengan gerakan melingkar searah jarum jam.
  5. Baringkan bayi, kemudian gerakkan kakinya dengan gerakan mengayuh sepeda.
  6. Mandikan bayi dengan air hangat agar bayi lebih rileks sehingga tinja lebih mudah keluar.
  7. Bila bayi terlihat nyeri pada anus saat BAB, dapat diberikan Microlax atau vaselin di anus.

Jika bayi masih kesulitan buang air besar, silakan bawa ke pusat layanan kesehatan. Susah buang air besar yang lama bisa jadi gejala dari penyakit tertentu seperti Morbus Hirschsprung (kelumpuhan sebagian segmen usus), fibrosis kistik, atau hipotiroidisme.

Bacaan :

  1. Rianita (2007) : Sering Sembelit? [31 Des 07].
  2. Republika (2005) :  Bila Si Kecil Susah Buang Air Besar. [31 Des 07].
  3. NetDoctor (2005) : Baby Constipation. [31 Des 07].