28 Agustus 2009

Gardasil, Vaksin Pencegah Kanker Leher Rahim (Serviks)

Kanker leher rahim atau kanker serviks termasuk jajaran atas penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak pada wanita. Penyakit ini menduduki urutan ketiga dan membunuh hampir 300 ribu jiwa setiap tahun di seluruh dunia.

Tingginya angka kematian antara lain dipicu oleh sulitnya pengobatan, terutama pada kanker leher rahim stadium lanjut. Selain itu, kegagalan deteksi dini penyakit ini sering terjadi akibat banyak wanita mengabaikan melakukan pap smear, suatu metode deteksi dini sederhana, murah, dan akurat.

Keganasan kanker serviks telah mendorong para ahli mencari cara untuk mengatasinya. Salah satu yang dianggap berhasil adalah pengembangan teknik pencegahan dengan menggunakan vaksin rekombinan. Vaksin ini dipasarkan dengan nama dagang Gardasil sejak tahun 2006.

Usia 11 – 12 tahun

Setelah disuntikkan, gardasil akan memicu respon kekebalan tubuh untuk melawan 4 macam infeksi human papilloma virus (HPV), yaitu tipe 16 dan 18 sebagai biang kanker mulut rahim, serta tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin. Perlu diketahui, human papilloma virus memiliki lebih dari 30 tipe, dengan berbagai macam penyakit yang dapat ditimbulkannya.

Cara pemberian vaksin gardasil cukup sederhana, yaitu dengan 3 kali suntikan selama 6 bulan. Idealnya, jadwal pemberian vaksin adalah :

  • Dosis pertama : pada saat kunjungan ke dokter atau pusat kesehatan masyarakat / rumah sakit.
  • Dosis kedua : dua bulan setelah dosis pertama
  • Dosis ketiga: enam bulan setelah dosis pertama

Bukan untuk pengobatan

Gardasil diperuntukkan bagi kaum wanita yang berumur antara 9 sampai 26 tahun. Karena berfungsi sebagai pencegahan, maka dianjurkan untuk diberikan sebelum terpapar dengan HPV tipe 6, 11, 16, dan18. Untuk itu, beberapa kalangan menyebutkan bahwa vaksin sebaiknya diberikan pada usia 11 dan 12 tahun.

Bagaimana dengan wanita yang telah aktif secara seksual dan mempunyai kemungkinan telah terpapar HPV? Gardasil masih mempunyai manfaat karena kecil kemungkinan mereka telah terpapar oleh keempat jenis virus HPV. Dengan demikian, gardasil masih melindungi wanita tersebut dari jenis virus HPV yang belum pernah menginfeksinya.

Walaupun tingkat keberhasilannya diklaim cukup tinggi, namun gardasil tidak memberikan perlindungan sepenuhnya terhadap semua jenis kanker serviks. Oleh karena itu sangat penting untuk tetap melakukan uji tapis (screening) seperti pap smear.

Selain itu, gardasil juga tidak dapat digunakan sebagai pengobatan bagi wanita yang telah terkena kanker serviks atau kutil kelamin.

Hati-hati wanita hamil

Efek samping paling umum pemberian gardasil adalah nyeri, bengkak, gatal, dan kemerahan pada tempat suntikan. Keluhan lain yang dapat timbul adalah sakit kepala, demam, mual, muntah, pusing, dan pingsan. Segera hubungi dokter jika timbul reaksi alergi seperti sulit bernapas, bunyi wheezing (mengik) saat bernapas, atau bentol merah di badan.

Vaksin gardasil tidak dianjurkan untuk diberikan pada wanita hamil, mereka yang mempunyai gangguan daya tahan tubuh (infeksi HIV, kanker, konsumsi obat yang menekan daya tahan tubuh), demam lebih dari 37,8 derajat celcius, atau pernah mengalami reaksi alergi pada pemberian gardasil sebelumnya.

09 Agustus 2009

Masa Emas Tumbuh Kembang Otak Anak

Pada fase tumbuh kembang otak anak, dikenal istilah masa emas (golden age). Istilah ini digunakan untuk menggambarkan betapa pentingnya masa tersebut. Pada masa emas, otak mengalami tumbuh kembang paling cepat dan paling kritis. Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan stimulus motorik dan psikis untuk perkembangan harus dipenuhi. Jika tidak, tumbuh kembang otak anak tidak akan optimal.

Masa emas tumbuh kembang otak terbagi menjadi dua, yaitu fase dalam kandungan yaitu sejak mulainya konsepsi sampai kelahiran dan fase usia 0 sampai 2-3 tahun. Pada fase-fase ini, terjadi pertambahan berat otak, pertambahan sel otak, dan pertambahan koneksi antar sel otak. Beberapa penelitian menyebutkan, bahwa jumlah sel dan koneksi antar sel mempengaruhi tingkat kecerdasan seorang anak.

Gizi dan Stimulus

Ada dua hal penting yang dapat dilakukan agar tumbuh kembang otak anak dapat optimal. Pertama, memenuhi kebutuhan gizi anak. Gizi yang baik adalah yang mengandung karbohidrat (55-60%), protein (15-20%), lemak (25-30%), sisanya vitamin dan mineral.

Sumber karbohidrat adalah nasi, umbi-umbian, jagung, gandung dan lain-lain. Sumber protein antara lain ikan, telur, tahu, tempe, susu, keju, dll. Protein yang sangat diperlukan adalah tirosin dan triptofan. Tirosin dapat membantu penyerapan informasi, sedangkan triftofan membantu meningkatkan kualitas tidur, yang pada akhirnya juga akan memperbaiki pengolahan informasi.

Sedangkan sumber lemak adalah ikan sardin, tuna (DHA), kacang-kacangan (omega-3), jagung, biji wijen (omega-6), atau susu yang telah diperkaya dengan lemak baik tersebut. Lemak-lemak ini berperan penting dalam pertumbuhan dan pembentukan sinaps (koneksi) antar sel otak.

Vitamin dan mineral, walaupun diperlukan dalam jumlah sedikit, perannya sangat penting dalam regulasi proses tumbuh kembang otak. Untuk memenuhinya, asupan buah dan sayuran sangat diperlukan.

Hal kedua yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan otak anak adalah stimulus, baik stimulus motorik maupun psikis. Untuk itu diperlukan pola asuh yang tepat untuk membentuk pola pikir, emosi, dan kepribadian anak. Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua adalah memberi contoh perilaku yang baik, mendampingi anak saat menonton tv, memberi bacaan yang mendidik, dll. Saat ini, pengasuhan anak sangat terbantu oleh adanya lembaga seperti play group, PAUD, dan sebagainya.

07 Agustus 2009

Membedakan Flu Babi H1N1 dengan Flu Biasa

Flu babi atau Influenza A/H1N1 merupakan penyakit flu yang ditemukan pada bulan April 2009. Sejak pertama kali diidentifikasi di Meksiko, flu ini telah menyebar ke seluruh dunia dengan jumlah penderita hingga ratusan ribu. Sampai awal Agustus 2009, flu ini telah menyebabkan kematian lebih dari 1100 orang. Di Indonesia, penderita flu babi sudah lebih dari 300 orang.

Gejala flu babi mirip dengan flu biasa. Pada flu babi juga ditemukan demam, batuk, radang tenggorokan, sakit kepala, dan nyeri otot. Beberapa orang juga dilaporkan mengalami gejala pilek, mual, muntah, dan diare.

Karena kemiripan gejala, sangat sulit bagi dokter atau praktisi medis lainnya untuk membedakan flu babi dengan flu biasa, terutama pada tempat pengobatan lini pertama seperti puskesmas, klinik, poliklinik, praktek dokter, dll.

Untuk itulah, diperlukan pemeriksaan laboratorium. Secara ringkas, tahapan pemeriksaan antara lain adalah :

  1. Pengambilan sampel usap tenggorok dari penderita yang dicurigai mengidap flu babi
  2. Dilakukan ekstraksi materi genetik virus.
  3. Materi genetik tersebut diperbanyak jutaan kali (amplifikasi) melalui proses yang disebut Polymerase Chain Reaction (PCR).
  4. Hasil amplifikasi kemudian dipisahkan melalui elektroforesis gel.
  5. Urutan kode genetik diurai dengan pemeriksaan yang disebut sekuensing.
  6. Urutan kode genetik kemudian dibandingkan dengan urutan kode genetik referensi yang ada di Gen Bank.

Oleh karena prosedur pemeriksaan yang cukup rumit, alat dan bahan yang dibutuhkan relatif mahal, maka hanya laboratorium tertentu saja yang mempunyai kemampuan untuk mendeteksi virus penyebab flu babi. Di Indonesia, yang memiliki kemampuan untuk itu antara lain adalah laboratorium litbang depkes, laboratorium beberapa rumah sakit pemerintah, dll.

Flu dengan gejala berat, segera ke RS/UGD

Bagi Anda yang tinggal di lingkungan dimana telah diidentifikasi telah terjadi penyebaran flu babi, atau punya riwayat kontak dengan orang yang berisiko tinggi menderita flu babi, saat ini menderita penyakit flu, maka Anda harus tetap tinggal di rumah dan menghindari kontak dengan orang lain, kecuali jika harus pergi ke dokter atau rumah sakit untuk berobat.

Jika timbul gejala yang menyertai flu seperti sulit bernapas, napas pendek, nyeri atau rasa tertekan di dada atau perut, pusing yang tiba-tiba, bingung, muntah yang berat atau terus menerus, gejala flu membaik tetapi diikuti oleh demam dan batuk yang berat, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke rumah sakit atau unit gawat darurat.

05 Agustus 2009

Terapi Sel Punca (Stem Cell)

Istilah sel punca pertama kali diusulkan oleh histolog Rusia, Alexander Maksimov, pada tahun 1908. Ia menyebutkan bahwa ada satu macam sel induk yang akan berkembang menjadi berbagai jenis sel darah, seperti menjadi sel darah merah, sel darah putih, dll. Teori ini baru terbukti sekitar 70 tahun kemudian ketika sel induk (sel punca, stem cell) tersebut ditemukan dalam sum-sum tulang belakang manusia.

Sel punca mempunyai ciri yang sangat berbeda dibandingkan dengan sel tubuh lainnya. Ciri pertama adalah, sel yang belum terspesialisasi ini dapat memperbaharui dirinya secara terus menerus melalui proses pembelahan. Ciri yang kedua, dalam kondisi tertentu sel dapat berubah menjadi sel jaringan atau organ spesifik dengan fungsi yang spesifik pula.

Pada organ-organ seperti usus dan sum-sum tulang belakang, sel punca akan membelah secara reguler dan mengganti jaringan yang rusak atau mati. Pada organ lain seperti pankreas dan hati, sel punca hanya membelah dalam situasi tertentu. Sedangkan pada organ seperti tulang, serabut saraf, otot jantung, dll, sel punca tidak memperlihatkan pembelahan yang signifikan.

Karena kedua ciri utama di atas, maka sel punca diyakini mempunyai potensi untuk meregenerasi jaringan atau organ tubuh manusia yang rusak, tentunya dengan suatu teknik tertentu.

Sumber Sel Punca

Pada awalnya, sumber sel punca adalah embrio manusia. Karena itulah banyak kalangan yang menentang penelitian-penelitian sel punca. Untungnya, pada tahun 2007, dua orang ilmuwan Jepang, Shinya Yamanaka dan Kazutoshi Takahasi berhasil membuat sel punca hasil reprogram sel kulit manusia. Selain itu, para peneliti di AS juga berhasil mendapatkan sumber sel punca baru yaitu cairan ketuban dan tali pusar, dan ari-ari.

Di Indonesia, penelitian mengenai terapi sel punca sudah mengalami bayak kemajuan. Di divisi Orthopaedi dan Traumatologi FKUI RSCM misalnya, telah melakukan penelitian terapi sel punca untuk mengobati kerusakan tulang rawan. Pada penelitian ini, sel punca diambil dari tubuh pasien sendiri yaitu dari tulang panggul. Kemudian sel punca tersebut dikembangbiakkan di laboratorium selama empat minggu hingga jumlahnya berlipat-lipat, sampai 10 juta. Lutut yang mengalami kerusakan tulang rawan kemudian dibersihkan melalui operasi. Bagian-bagian yang rusak dibuang (debridement). Setelah itu, sel punca hasil biakan ditanam pada daerah yang telah dibuang dan luka operasi dijahit. Beberapa waktu kemudian diharapkan akan tumbuh tulang rawan baru menggantikan tulang rawan yang telah rusak dan keluhan nyeri lutut pasien berkurang atau hilang.

Terapi Sel Punca di Indonesia

Selain di bidang 'pertulangan', terapi sel punca juga dikembangkan untuk mengobati penyakit jantung. Pada kasus infark miokard, dimana banyak sel otot jantung yang mati, sel punca diharapkan dapat mengganti sel-sel otot tersebut sehingga jantung dapat berfungsi kembali dengan baik.

Secara ringkas prosedurnya adalah, pertama, memetakan bagian jantung yang mana saja yang mengalami kerusakan. Kedua, membuka pembuluh darah koroner yang menyempit atau tersumbat, biasanya dengan pemasangan stent. Ketiga, dengan menggunakan kateter jantung yang dimasukkan lewat pembuluh darah di pangkal paha, sel punca disuntikkan langsung ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi daerah yang rusak. Sel punca kemudian akan meregenerasi sel-sel otot jantung yang telah mati.

Kompas.Com/TempoInteraktif.Com/Wikipedia.Com