12 November 2006

SIMPUS : Agar Layanan Puskesmas Lebih Optimal

Minggu, 12 Nov 06. Kita akan menghitung berapa kali para petugas puskesmas mencatat nama seorang pasien saat berobat. Pertama, ketika pasien mendaftar di loket pendaftaran. Kedua, ketika dokter mengisi rekam medis pasien. Ketiga, ketika dokter menulis resep untuk pasien. Keempat, ketika petugas apotik mencatat obat yang diberikan pada pasien. Kelima, ketika petugas melakukan rekap dari rekam medis ke buku rekapitulasi. Lima kali adalah angka minimal, karena bisa jadi masih ada proses administrasi yang mengharuskan pencatatan nama.

Selain nama, berbagai jenis data lain juga harus dicatat. Misalnya umur, jenis kelamin, alamat, riwayat penyakit, resep, dll. Alhasil, waktu pelayanan lebih banyak tersita dengan berbagai proses konvensional ini, sehingga jangan heran kalau pada puskesmas yang pasiennya ramai, banyak yang keringatan di ruang tunggu.

Di sisi lain, petugas puskesmas pun lumayan repot. Mencari rekam medik pasien ulangan kadang menjadi mimpi buruk. Seringkali, beberapa kali tumpukan rekam medik yang tersusun menurut abjad dibongkar, rekam medik pasien tak kunjung ditemukan. Di bagian lain, para petugas harus mencatat dengan teliti data-data pasien, termasuk data penyakit. Data tersebut dipelototin, di ringkas, dianalisis, dibuat laporannya lengkap dengan grafik. Setelah selesai, laporan mesti dikirim ke dinas kesehatan. Benar-benar merupakan rangkaian pekerjaan teknis yang membosankan dan melelahkan.

Sebenarnya keadaan ini tidak perlu terus terjadi, seandainya puskesmas sudah dikomputerisasi dengan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Alangkah ringkasnya jika pasien hanya perlu memberikan data dirinya satu kali saja, dan data itu terus terpakai sebanyak apapun kali dia berobat. Petugas pun hanya perlu menekan tombol keyboard dan memainkan mouse untuk mencari, melihat, dan mengolah data.

Yah, seandainya saja Departemen Kesehatan segera menginstruksikan penggunaan SIMPUS, seandainya petugas puskesmas sudah terlatih berhadapan dengan komputer, seandainya saja kesadaran ber-IT sudah merasuk ke seluruh jajaran departemen dan dinas kesehatan serta puskesmas, kita tak perlu lagi menyeka keringat terlalu lama di ruang tunggu.