28 Desember 2007

Vitamin C

Vitamin C termasuk salah satu vitamin yang akrab dengan keseharian kita. Dengan mudah kita menjumpainya di swalayan, toko obat, bahkan warung-warung tradisional. Biasanya, vitamin tersebut dipajang layaknya permen, dengan harga yang juga tidak beda jauh dengan permen.

Sediaan yang banyak beredar di pasaran adalah sediaan 500 mg. Kadang-kadang juga dijumpai sediaan 1000 mg. Rasanya pun bermacam-macam. Ada rasa jeruk, strawberi, anggur, dan lain-lain.

Fungsi vitamin C dalam tubuh cukup beragam. Selain sebagai antioksidan, vitamin C juga berperan dalam pembentukan kolagen. Kolagen adalah suatu protein yang turut membentuk tulang, tulang rawan, otot, dan pembuluh darah. Selain itu, vitamin C juga membantu penyerapan zat besi, dan membantu memelihara pembuluh darah kapiler, tulang dan gigi (Ohio State University,2004).

Vitamin C, sering juga disebut asam askorbat, merupakan vitamin larut air. Sifat inilah yang menyebabkan vitamin C tidak disimpan dalam tubuh untuk jangka waktu lama seperti halnya vitamin larut lemak (A, D, E, K). Karena tidak disimpan dalam tubuh, maka kita membutuhkan suplai vitamin C setiap hari.

Kebutuhan vitamin C harian yang dianjurkan berbeda-beda untuk beberapa negara. Di Inggris (Food Standard Agency) menganjurkan 40 mg sehari; di Kanada 60 mg sehari; di Amerika Serikat (National Academy of Sciences) 60 – 95 mg sehari. Sedangkan WHO mengajurkan konsumsi vitamin C 45 mg sehari. Batas tertinggi konsumsi vitamin C yang masih bisa ditoleransi oleh tubuh menurut National Academy of Sciences adalah 2000 mg (Wikipedia,2007).
 
Kebutuhan vitamin C tersebut biasanya terpenuhi dari makanan sehari-hari, dengan syarat pola makan kita seimbang. Artinya, kita juga mengkonsumsi bahan makanan kaya vitamin C seperti lada merah, lada kuning, jambu, buah kiwi, brokoli, pepaya, strawberi, jeruk, bunga kol, bayam, kubis, dll (VitaminDeals,2007).

Jika dikonsumsi berlebihan, vitamin C biasanya akan segera dikeluarkan dari tubuh melalui air seni. Tetapi, jika konsumsi dalam jumlah berlebihan tersebut terjadi terus menerus, maka dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal atau batu kandung kemih. Selain itu juga dapat menyebabkan kerusakan vitamin B12, gangguan pembekuan darah, kehilangan kalsium, diare dan perdarahan hidung (VitaminDeals,2007).

Referensi  :

  1. Ohio State University (2004) : Vitamin C (Ascorbic Acid). Dikutip 28 Des 2007.
  2. Wikipedia (2007) : Vitamin C. Dikutip 28 Des 2007.
  3. VitaminDeals (2007) : Vitamin C. Dikutip 28 Des 2007.