18 Oktober 2007

Formalin Bukan untuk Makanan

Formalin adalah bahan kimia yang sudah tidak asing bagi kita. Sejak lama kita mengenal bahan ini sebagai pengawet yang ampuh, terutama untuk mengewetkan mayat. Apalagi, setelah heboh kasus penggunaan formalin sebagai pengawet makanan, kemudian kasus penyuntikan formalin ke tubuh siswa IPDN yang tewas ditangan seniornya, nama formalin semakin memasyarakat saja.

Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%.

Formalin sangat mudah larut dalam air. Jika dicampurkan dengan ikan misalnya, formalin dengan mudah terserap oleh daging ikan. Selanjutnya, formalin akan mengeluarkan (dehydrating) isi sel daging ikan, dan menggantikannya dengan formaldehid yang lebih kaku. Akibatnya bentuk ikan mampu bertahan dalam waktu yang lama. Selain itu, karena sifatnya yang mampu membunuh mikroba, daging ikan tidak akan mengalami pembusukan.

Formalin banyak dimanfaatkan dalam bidang, misalnya industri kayu lapis dan tekstil. Selain itu karena kemampuan desinfektannya, formalin juga sering digunakan untuk penyemprotan kandang ternak unggas.

Walaupun daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Tetapi kenyataannya, hasil pemeriksaan Balai Pengawas Obat dan Makanan masih sering menemukan makanan berformalin yang beredar di pasar-pasar, baik pasar tradisional maupun supermarket atau hipermarket.

Makanan yang paling sering dibubuhi formalin yaitu mie, tahu, ikan asin, dan ikan segar. Mie yang berformalin tampak lebih kenyal dan mengkilat, mampu bertahan sampai 2 hari. Tahu yang berformalin lebih liat dan tidak mudah rusak, mampu bertahan 3-4 hari. Sedangkan ikan asin berformalin tampak lebih bersih dan tidak dirubung lalat.

Konsumsi formalin dosis besar dapat mengiritasi lambung sehingga dapat menimbulkan muntah darah, diare bercampur darah, kencing darah, dan menimbulkan kematian. Tapi ini jarang terjadi, kecuali ada yang nekat bunuh diri dengan menenggak formalin, atau tidak sengaja meminum formalin yang dikira air mineral.

Paling sering, keracunan formalin kronis, yang terjadi akibat memakan mi, tahu, ikan atau makanan lain yang diawetkan dengan formalin. Penyakit akibat keracunan kronis antara lain adalah kanker. Walaupun munculnya dalam jangka waktu lama, tetapi penyakit ini sangat menyiksa dan mematikan penderitanya.

Jadi, hati-hati mengkonsumsi makanan. Waspadai makanan formalin!