26 Juni 2010

Uji Laboratorium untuk Mengetahui HIV/AIDS

Apakah seseorang terinfeksi HIV/AIDS, dapat diketahui melalui pengujian sampel darahnya di laboratorium.

Ada beberapa cara untuk pengujian, antara lain dengan mendeteksi antibodi terhadap virus HIV atau mendeteksi virusnya sendiri.

Uji yang paling bagus sebenarnya adalah dengan mendeteksi virusnya langsung. Cara ini sudah dapat dilakukan pada orang yang terinfeksi HIV beberapa hari yang lalu. Sayangnya, uji deteksi virus masih mahal dan memerlukan peralatan canggih dan teknisi yang terlatih. Itulah sebabnya deteksi virus tidak dijadikan cara uji rutin untuk diagnosis HIV.

Cara paling umum digunakan saat ini adalah deteksi antibodi, yaitu zat yang diproduksi tubuh dalam rangka mempertahankan diri dari infeksi virus HIV.

Uji antibodi terhadap HIV terdiri dari dua langkah, yaitu uji I menggunakan cara yang lebih murah (Uji ELISA, dll). Gunanya adalah menapis (screening) kasus HIV. Jika positif, dilanjutkan dengan uji II atau uji konfirmasi (Uji Western Blot). Uji II ini lebih akurat.

Kekurangan uji antibodi adalah tidak dapat digunakan beberapa hari setelah infeksi. Hasilnya kemungkinan besar negatif padahal bisa saja sampel darah seseorang sudah mengandung HIV. Hal ini terjadi karena sistem pertahanan tubuh membutuhkan waktu sekitar 6 minggu hingga 3 bulan untuk memproduksi antibodi dalam kadar yang cukup.