30 Desember 2009

Alergi Deterjen

Sebenarnya, penggunaan kata alergi pada gangguan kulit akibat paparan deterjen kurang tepat. Sebab, gangguan tersebut lebih sering disebabkan oleh proses iritasi. Kalaupun mekanisme alergi berperan, kejadiannya sangat sedikit. Oleh karena itu, banyak literatur menggolongkan gangguan kulit akibat paparan deterjen sebagai dermatitis kontak iritan, bukan dermatitis kontak alergi (ada peran sistim imun tubuh).

Dermatitis kontak iritan, termasuk akibat deterjen, biasanya memberikan gambaran sebagai berikut :

- Kulit sedikit membengkak
- Kulit terasa kaku dan tebal
- Kulit kering dan pecah-pecah
- Muncul lepuh berisi cairan
- Kulit mengalami borok yang nyeri

Gambaran seperti ini terutama di daerah yang terpapar deterjen seperti tangan atau kaki.

Dermatitis kontak iritan timbul karena paparan berulang terhadap bahan tertentu, termasuk deterjen. Akibatnya, lapisan minyak dan kelembaban kulit yang terpapar akan hilang. Kerusakan ini menyebabkan deterjen dapat memasuki lapisan kulit lebih dalam dan mencetuskan reaksi peradangan. Reaksi inilah yang muncul sebagai kelainan kulit seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Pengobatan dermatitis kontak biasanya dengan pemberian kortikosteroid atau antihistamin, baik yang diminum maupun yang dioles. Jika sudah terjadi infeksi sekunder, ditandai oleh bengkak atau nanah, dibutuhkan pemberian antibiotik.

Untuk pencegahan, sedapat mungkin menghindari kontak antara kulit dengan deterjen. Salah satunya dengan cara memakai sarung tangan atau sepatu saat bekerja dengan deterjen. Langkah lain adalah mengolesi tangan dan kaki dengan krim dan lotion.