05 Maret 2008

Stroke

Stroke terjadi jika suplai darah ke jaringan otak tiba-tiba terhenti atau jika pembuluh darah otak tiba-tiba pecah, sehingga darah memenuhi ruangan di sekitar sel otak.

Sel otak akan mati jika tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi dari darah.

Gejala stroke antara lain adalah mati rasa atau lumpuh, terutama pada salah satu sisi tubuh; tiba-tiba bingung atau kesulitan berbicara atau sukar mengerti pembicaraan; tiba-tiba mengalami gangguan penglihatan pada salah satu atau kedua mata; tiba-tiba mengalami gangguan dalam berjalan, pusing, atau kehilangan keseimbangan; atau tiba-tiba mengalami sakit kepala yang sangat hebat tanpa diketahui penyebabnya.

Ada dua macam stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Pada stroke iskemik terjadi penyumbatan pembuluh darah yang memperdarahi otak, sedangkan pada stroke hemoragik terjadi perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah otak.

Umumnya pengobatan stroke terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu terapi pencegahan, terapi sesaat setelah terjadinya stroke, dan rehabilitasi pasca stroke.

Terapi untuk mencegah terjadinya atau berulangnya stroke adalah berdasarkan faktor risiko yang dimiliki masing-masing orang. Faktor risiko tersebut antara lain adalah hipertensi, fibrilasi atrial (denyut jantung tidak teratur), dan diabetes. Untuk menghindari stroke, maka faktor risiko tersebut harus dikontrol dengan berobat dan berkonsultasi teratur ke praktisi kesehatan, menjalankan pola hidup sehat, dll.

Terapi sesaat setelah terjadinya stroke adalah dengan memberikan obat yang menghancurkan gumpalan darah pada stroke iskemik atau menghentikan perdarahan pada stroke hemoragik. Biasanya dengan obat antitrombosis (antiplatelet dan antikoagulan) dan trombolitik.

Rehabilitasi pasca stroke adalah obat atau latihan yang bertujuan untuk membantu seseorang untuk mengatasi atau meringankan kecacatan akibat stroke.