15 Agustus 2011

Pilihan utama pengobatan usus buntu

Usus buntu, akibat sesuatu dan lain hal, kadang kala mengalami peradangan. Keadaan ini lazim dikenal sebagai peradangan usus buntu atau appendisitis.

Gejalanya antara lain nyeri perut yang berawal di sekitar pusar kemudian bergeser ke kanan bawah. Nyeri ini memberat dengan cepat, dirasakan bertambah jika batuk, berjalan, atau ditekan.

Selain nyeri, gejala lain adalah mual, muntah, nafsu makan berkurang, demam, dan lain-lain.

Pengobatan utama peradangan usus buntu adalah pembedahan atau appendiktomi. Pada pembedahan, usus buntu yang meradang dipotong dan dibuang. Caranya ada dua yaitu dengan operasi terbuka atau laparoskopi.

Pada operasi terbuka, pengangkatan umbai cacing dilakukan dengan membuat sayatan sepanjang kurang lebih 5 - 10 cm di perut kanan bawah. Melalui sayatan tersebut usus buntu dipotong lalu dibuang.

Cara operasi mutakhir adalah dengan laparoskopi. Teknik ini membutuhkan 2 atau 3 sayatan, tetapi ukurannya sangat kecil. Melalui sayatan tersebut dokter memasukkan alat bedah seperti pisau, penjepit, dan kamera. Fungsi kamera adalah untuk memandu jalannya operasi di dalam rongga perut.

Teknik laparoskopi mempunyai banyak keuntungan dibanding operasi terbuka. Dengan laparoskopi, nyeri lebih sedikit, penyembuhan lebih cepat, komplikasi kurang, jaringan parut kecil. Walaupun demikian, laparoskopi hanya bisa dilakukan jika usus buntu masih utuh. Jika sudah bocor (ruptur), atau ada nanah (abses) di sekitar usus buntu, maka harus dilakukan operasi terbuka. Mengapa? Karena dengan operasi terbuka kotoran dan nanah yang mencemari perut dapat tuntas dibersihkan.