06 Mei 2012

Penyakit Sapi Gila

Penyakit sapi gila atau Bovine Spongiform Encephalopathy bukanlah penyakit ‘asli’ Indonesia dan sampai saat ini belum dilaporkan terjadi di Indonesia. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Inggris sekitar tahun 1980an, kemudian menyebar ke belahan bumi lain, termasuk ke Amerika Serikat.



Dinamakan penyakit sapi gila karena sapi yang terkena penyakit ini benar-benar menunjukkan perilaku gila. Pada awal timbul gejala, sapi tampak sangat agresif. Sapi bereaksi berlebihan terhadap rangsang suara atau sentuhan. Beberapa saat kemudian sapi mulai kehilangan keseimbangan, tidak mau makan, serta gaduh gelisah. Perilaku gila tersebut terjadi karena kerusakan sistem saraf sapi, baik sistem saraf otak maupun sistem saraf sumsum tulang belakang.



Berbeda dengan penyakit infeksi pada umumnya, penyebab sapi gila bukanlah virus, bakteri, jamur, atau parasit, tapi sejenis protein kecil yang sering dianggap bukan makhluk hidup ‘sejati’ yang disebut prion. Sapi yang terjangkit prion biasanya tampak normal selama 3 sampai 8 tahun sejak awal terkena. Setelah itu baru timbul gejala gila.



Creutzfeldt-Jakob



Penyakit sapi gila tidak hanya berbahaya bagi sapi, tapi juga bagi manusia. Penyakit sapi gila yang mengenai manusia di sebut dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob. Manusia biasanya terjangkit akibat mengkonsumsi daging otak, sumsum tulang atau jeroan sapi yang terinfeksi.



Seperti halnya pada sapi, masa inkubasi penyakit Creutzfeldt-Jakob cukup panjang. Butuh waktu sekitar 5 sampai 20 tahun sejak konsumsi daging sapi yang terinfeksi sampai timbul gejala-gejala gangguan saraf.



Gejala awal penyakit Creutzfeldt-Jakob pada manusia menyerupai gejala pikun. Penderita tidak perduli dengan keadaan tubuhnya, apatis, mudah marah, pelupa dan sering bingung sendiri. Selain itu penderita juga merasa mudah lelah, mengantuk, dan terganggu tidurnya. Otot-otot penderita juga mengalami kedutan dan kejang. Penderita tampak gemetar dan gerakan tubuhnya janggal. Selain itu, penglihatannya menjadi kabur.



Dalam waktu yang tidak berapa lama sejak munculnya gejala awal, penderita dapat mengalami kematian. Penyebab kematian biasanya sekunder yaitu akibat infeksi, gagal jantung, atau gagal nafas, bukan secara langsung (primer) akibat dari kerusakan otak atau sumsum tulang.



Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit sapi gila. Untuk meringankan gejala, dokter biasanya meresepkan obat penenang.



Demikian, semoga bermanfaat ...