15 April 2012

Mengapa antibiotik harus dihabiskan?

Dokter biasanya selalu berpesan kepada pasien yang mendapat antibiotik, “Pak/Bu, mohon obatnya diminum teratur dan dihabiskan?”



Antibiotik umumnya diberikan minimal 5 hari. Artinya, jika diminum 3 kali sehari, diberi 15 butir, jika diminum 2 kali sehari, diberi 10 butir.



Kekuatan dan Waktu



Manfaat utama antibiotik adalah membunuh bakteri penyebab penyakit. Nah, dalam rangka menunaikan tugas itu, antibiotik tidak bisa hanya sekali serang. Tapi serangan harus dengan kekuatan cukup dan dengan jumlah serangan yang cukup pula.



Agar antibiotik memiliki kekuatan cukup, maka harus diminum dengan dosis anjuran (misalnya 500 mg) secara teratur. Jika 3 kali sehari, diminum selang 8 jam, jika 2 kali sehari, diminum selang 12 jam.



Agar jumlah serangan antibiotik cukup, maka antibiotik harus diminum paling tidak selama 5 hari, atau dengan kata lain, jumlah yang diberikan dokter harus dihabiskan.



Mengapa harus demikian?



Jika antibiotik tidak cukup kuat atau tidak cukup lama, maka bakteri tidak terbunuh tuntas. Masih ada bakteri yang hidup dan mampu bertahan.



Bakteri-bakteri yang lolos cenderung akan mengembangkan sistem kekebalan terhadap antibiotik yang menyerangnya. Bakteri kebal ini mulanya sedikit dan terus berkembang biak, dan pada akhirnya mendominasi.



Jika hal terjadi tersebut, maka pengobatan dengan antibiotik tertentu, walaupun sesuai dosis, tidak akan mampu membunuh si bakteri. Akibat buruknya, seringkali pengobatan menjadi sia-sia dan penyakit tidak kunjung sembuh.



Contoh yang paling nyata adalah antibiotika amoksisilin. Dulu antibiotika ini digunakan secara bebas tak terkendali. Hampir siapa saja dapat membeli obat keras ini secara bebas langsung di toko obat atau apotik. Akhirnya saat ini, banyak penyakit bakteri yang tidak mempan lagi terhadap amoksisilin. Sehingga terpaksa digunakan antibiotik golongan lain yang belum tentu efektif, aman, dan murah.



Terima kasih, semoga bermanfaat.