08 Februari 2012

Beda istilah akut dan kronis

Penulis pernah beberapa kali mendengar orang berkata begini: “pantas aja tidak tertolong, penyakitnya sudah akut banget” atau “sakit maagnya sudah akut”.



Dari ucapan tersebut, sekilas tersirat bahwa kata ‘akut’ digunakan untuk menggambarkan bahwa suatu penyakit sudah sangat parah. Ya, akut dipadankan dengan parah, berat, mematikan, atau istilah sejenisnya.



Tapi benarkah demikian?



Dalam dunia kedokteran, istilah akut tidak digunakan untuk menggambarkan keparahan penyakit. Tengok saja istilah faringitis akut atau radang tenggorokan akut. Penyakit ini jarang sekali parah apalagi menimbulkan kematian; dan biasanya sembuh kurang dari seminggu.



Istilah akut (dan istilah lawannya, kronis) lebih ditekankan kepada mulai terjadinya penyakit dan lamanya penyakit berlangsung; dan sekali lagi, bukan keparahan.



Akut biasanya digunakan pada penyakit yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat. Contohnya, sinusitis akut, yaitu penyakit infeksi sinus yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari saja.



Kebalikan dari akut adalah kronis. Istilah ini digunakan untuk penyakit yang timbul secara perlahan-lahan dan berlangsung lama, kadang-kadang sampai bertahun-tahun atau seumur hidup.  Contohnya adalah gagal ginjal kronis, yaitu gangguan fungsi ginjal yang berkembang perlahan-lahan, berlangsung lama, ditandai dengan menurunnya fungsi ginjal sedikit demi sedikit. Contoh lain adalah hepatitis kronis. Penyakit ini dapat berlanjut menjadi penyakit lever (sirosis hepatis) dan kanker hati (hepatoma), dan proses ini membutuhkan waktu bertahun-tahun dan seringkali pada awalnya tidak disadari oleh penderita.



Selain istilah akut dan kronis, juga dikenal istilah subakut. Istilah ini digunakan untuk penyakit-penyakit yang masa berlangsungnya berada dalam rentang waktu akut dan kronik.



Demikian, semoga penggunaan istilah tersebut tidak salah lagi.

Semoga bermanfaat.